ILMU PENDIDIKAN ISLAM DENGAN
PENDEKATAN FILSAFAT
Di Ajukan untuk Memenuhi Tugas Mata
Kuliah ilmu pendidikan islam
Dosen Pembimbing: SRI UTAMI M.Pd.i
Disusun oleh :
1)
Abdul
Aziz Efendi
PROGRAM
STUDI
MANAJEMEN
PENDIDIKAN ISLAM (MPI)
JURUSAN
TARBIYAH
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM ( STAI ) AS-SHIDDIQIYAH
LEMPUING JAYA
TAHUN
AKADEMIK 2018/2019
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat tuhan yang maha Esa karena dengan
rahmat,karunia, serta taufik dan hidayat-nya kami telah menyelesaikan ‘’makalah
ini’ dengan baik meskipun banyak kekurangan di dalamnya. Dan juga kami
berterima kasih kepada bapak SRI UTAMI M.Pd.i selaku Dosen mata kuliah ilmu
penddikan islam yang telah memberikan tugas ini kepada kami.Kami sangat
berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita.
Kami
juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat.Semoga makalah ini
dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah
disusun ini dapat berguna bagi kami sendii maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dimasa
depan.
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR
ISI................................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A.
Latar belakang...................................................................................... 1
B.
Rumusan masalah................................................................................. 2
BAB
II PEMBAHASAN................................................................................ 3
A.
Sifat dan objek kajian filsafat serta hubunganya
dengan ilmu
pendidikan............................................................................................ 3
B.
Pendapat tentang para filosof klasik
tentang ilmu pendidikan............ 7
C.
Pendapat tentang filosof modern tentang
pendidikan......................... 10
D.
Pendidikan menurut para filosof muslim
tentang pendidikan.............. 12
BAB
III PENUTUP......................................................................................... 18
A.
Kesimpulan .......................................................................................... 18
B.
Saran..................................................................................................... 18
DAFTAR
PUSTAKA...................................................................................... 19
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Ilmu pendidikan islam adalah pendidikan yang sangat ideal. Perkemabangan islam
tumbuh dan berkembang sejalan dengan adanya dakwah. Pendidikan islam terus
mengalami perubahan baik dari segi kurikulum maupun dari segi lembaga
pendidikan islam. ilmu tidak akan bertambah maju tanpa adanya penelitian dan
pembaharuan.upaya penelitian sebenarnya sudah dilakuakan para ulama masa lalu,
termasuk masalah pendidikan. Pendidikan islam yang selama ini ada lebih tampak
sebagai sebuah praktek pendidikan, dan bukan sebagai ilmu dalam arti ilmu yang
memiliki struktur bahasan dan metodologi penelitiannya tersendiri. Hal ini
berbeda dengan ilmu pendidikan pada umumnya yang pertumbuhan dan
perkembangannya jauh lebih pesat dibandingkan dengan ilmu pendidikan islam.
Berbagai aspek yang berkaitan dengan ilmu pendidikan pada umumnya, mulai dari
masalah filsafat pendidikan, kurikulum, metodologi pembelajaran, teknologi
pendidikan, hingga lingkungan pendidikan.
Sejak di masa klasik hingga sekarang belum banyak pakar dan ulama islam yang
meneliti masalah pendidikan islam. Pemikiran-pemikiran kependidikan yang
diajukan para tokoh klasik tidak menutup kemungkinan masih ada yang cocok dan
perlu dilaksanakan. Di tengah-tengah situasi dimana umat islam saat ini sedang
mencari model pendidikan unggul dan terpadu sebagai upaya menajwab
kebutuhan masyarakat. Dalam makalah ini kami paparkan pemikiran tokoh filsafat
dan muslim tentang pendidikan islam. Pendidikan merupakan bagian penting dalam
kehidupan manusia. Pendidikan (terutama Islam) dengan berbagai coraknya,
berorientasi memberikan bekal kepada manusia untuk mencapai kebahagiaan dunia
dan akhirat. Oleh karena itu, semestinya pendidikan Islam selalu diperbaharui
konsepnya dalam rangka merespon perkembangan zaman yang selalu dinamis, agar
peserta didik dalam pendidikan Islam tidak hanya berorientasi pada kebahagiaan
hidup setelah mati, tetapi kebahagiaan hidup di dunia juga bisa diraih.
B. RUMUSAN MASALAH
1.
Sifat dan kajian objek filsafat serta
hubunganya dengan ilmu pendidikan ?.
2.
Pendekatan filosof klasik tentang
pendidikan?..
3.
Pendekatan filosof modern tentang
pendidikan ?..
4.
Pendidikan menurut filosof muslim?..
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Sifat
dan objek kajian filsafat serta hubungannya dengan ilmu pendidikan
1. Sifat
dan karakternya
Filsafat adalah upaya
untuk mencari kebenaran, kebaikan , keindahan dan keutamaan dengan cara
berfikir secara sistematis ,radikal, universal, logis, dan spekulatif.
Seorang filosof adalah
orang yang mencintai,menyukai dan mendambakan lahirnya kebenaran ,kebaikan,
keindahan, dan keutamaan. Cara berfikir seperti ini diperlukan untuk memecahkan
masalah pendidikan, seseorang yang merumuskan visi misi dan tujuan pendidikan
tidak hanya sekedarnya apalagi asal asalan. Visi misi dab tujuan pendidikan
tersebut harus diperkirakan seccara mendalam
sehingga visi misi dan tujuan pendidikan tersebut benar benar mengandung
kebenaran kebaikan dan dan keutamaan.[1]
Selain itu visi,misi
dan tujuan pendidikan dilakukan secara menyeluruh, yakni seluruh aspeknya baik
dalam segi rumusan atau hakikat, inti atau subtansi dipikirkan secara matang.
2. Objek
kajian filsafat
Objek kajian filsafat secara singkat dapat
dikemukakan sebagai berikut:
a. Metafisika
Seperti ilmu pengetahuan lain,
metafisika merupakan kegiatan abtraksi. Metafisika sebagai sebuah cabang ilmu,
menunjukan bahwa manusia mahluk rasional. Metafisika oleh aristoteles dikatakan
sebagai ilmu mengenai yang ada pada dirinya sendiri.Objek
bahasan metafisika bukan semata-mata hal-hal empiri atau hal-hal yang
dapat dijangkau oleh pengamatan individual, melainkan hal-hal atau
aspek-aspek yang menjadi dasar realitas itu sendiri. Klaim-klaim atas metode
dan objek kajian metafisika telah menjadi
problem perenial kefilsafatan.
Pembahasan mengenai metafisika memiliki berbagai sub bahasan.
Misalnya pembahasan sentral metafisika adalah ontologi, yaitu proses
analitis dan penggalian klasifikasi berdasarkan prinsip-prinsip kategori
keberadaan dan relasi di antaranya. Bahasan sentral lainnya
adalah kosmologi metafisik, yaitu kajian mendalam atas prinsip
keberadaan dunia, realitas, asal mula, dan makna keberadaan
atasnya.
b.
Etika
Etika adalah studi mengenai tingkah laku yang terpuji
yang dianggap sebagai ilmu pengetahuan yang nilainya tinggi. Menurut socrates
etika sebagai ilmu pengetahuan baik buruk jahat dan mengenai kebiijaksanaan
hidup. Dari segi fungsinya, etika berusaha menyelidiki segala perrbuatan
manusia kemudian menetapkan baik atau buruknya.[2]
Kajian tentang etika terdapat dalam filsafat memberikan
sumbangan bagi perumusan materi pelajaran tentang etika yang terdapat dalam
kurikulum juga untuk memberikan jiwa dan akhlak pada seluruh komponen
pendidikan. Dalam komponen pendidikan visi misi tujan kurikulum , guru murid,dan
proses ajar mengajar harus terdapatnilai nilai etika dan sungguh sungguh nilai
tersebut diusahakan agar terlaksanakan dengan baik.
c.
Estetika
Estetika adalah studi tentang bentuk dan keindahan atau
kecantikan yang sesungguhnya merupakan filsafat mengenai kesenian. Estetika
merupakan salah satu objek formal filsafat. Kajian estetika ini mencakup semua
komponen kurikulum yang harus mengandunng unsur keindahan. Kegiatan proses
belajar melibatkan guru dan murid, misalnya sering membosankan dan tidak
menarik. Hal ini dapat teratasi jika proses belajar mengandung unsur keindahan.
Seorang guru harus memiliki kemampuan mengolah kata, berjiwa seni, humoris
dalam batas batas kesopanan biasanya lebih disukai daripada yang angker atau
tidak pernah tersenyum.[3]
d.
Logika
Logika adalah studi mengenai metode metode seperti
berfikir dan meneliti seperti melakukan observasi. Studi logika kadang kurang
menarik perhaatian sebagian banyak orang, tetapi studi ini prinsipnya merupakan
suatu peristiwa yang penting dalam sejarah berfikir umat manusia. Dengan logika
yang digunakan secara baik dan optimal akan menghasilkan ilmu pengetahuan.
Kajian filsafat tentang logika akan membantu dalam merancang kurikulum tersebut
terdapat matakuliah tentang logika, juga akan menjauhkan para perancang konsep
pendidikan termasuk dalam merumuskan visi, misi, tujuan, dan kurikulum , proses
belajar mengajar dan sebagainya dari cara berfikir gegaabah dan keliru yang berakibat fatal.[4]
e.
Politik
Politik merupakan pengetahuan mengenai organisasi sosial
sepertti monarki, aristrokasi, demokrasi, dan lain lain. Kajian politik ini
memilik sumbangan bagi pengenmbangan konsep pendidikan, yaitu politik disamping
menjadi salah satu mata pelajaran dalam kurikulum, Juga harus dijadikan
pertimbangan dalam memutuskan dan merumuskan kbijakan pendidikan. Kenyataan
menunjukan bahwa kemajuan pendidikan pada suatu bangsa amat tergantung pada
keputusan politik pemerintah negara yang bersangkut.[5]
f.
Manusia[6]
Manusia merupakan suatu bidang kajian yang tidak hanya
terdapat dalam filsafat, melainkan dalam seluruh bidaang disiplin ilmu. Masing masing disiplin ilmu mendefinisikan
manusia dan kepentinganya masing masing.
Kalangan filosof mendefinisikan manusia sebagai binatang yang berfikir,
sosiolog mendefinisikan sebagai mahluk yang bepolitik, kalangan agama
mendefinisikan sebagai mahluk yang bertuhan.
Tujuan pendidikan islam yang berbasis pada filsafat dan
al-Qur`an dapat dirumuskan sebagai upaya
untuk menumbuhkan , menggali, mengarahkan, membina dan mengembangkan seluruh
potensi yang dimiliki manusia seutuhnya yaitu proses jasmani, rohani, akal,
pikiran, jiwa dan sebagainya. Sehingga ia dapat menolong dirinya sendiri,
masyarakat dan bangsanya melaksanakkan fungsinya sebagai khalifah dalam rangka
beribadah kepada allah.
Sehubungan dengan itu kurikulum pendidikan islam juga
harus memuat materi ajaran yang berkenaan dengan jasmaniah. Demikian pula
proses belajar menganjar dalam pendidikan islam dapat dilakukan dengan mempertimbang
kan bakat, minat kecendrungan, sifat sifat kejiwaan, sehingga proses
pembelajaran sesuai dengan kejiwaan manusia, mencerdaskan dan mencerahkan.
g.
Alam
Alam meupakan salah satu objek kajian filsafat yang
paling awal. Menurut thales alam berasal dari air, menurut anaximendes, alam
ini berasal dari debu, menurut anaximandros alam berasall dari uap.
Alam jagat raya dengan segala isinya akan digunakan
sebagai sarana pelaksanaan pendidikan islam. Sebagai peralatar belajar
mengajar, bangunan, gedung juga berasal dari alam. Alam juga sebagai objek ilmu pengetahuan terutama ilmu ilmu yang
bersifat kealamaan atau selanjutnya disebut sains. Alam akan menjadi objek
penelitian yang menghasilkan ilmu pendidikan.[7]
h.
Ilmu pengetahuan[8]
Ilmu pengetahuan merupakan salah satu objek kajian
filsafat sesudah kajian terhadap alam, tetapi memiliki hubungan yang sangat
erat dengan alam. Kajian filsafat tentang ilmu pengetahuan dibagi menjadi tiga
yaitu ontologi epistimologi dan aksiologi. Ontologi berkaitan dengan objek
kajian ilmu pengetahuan, yaitu berupa alam jagat raya. ontologi menyelidiki
segala sesuatu dari alam nyata pagi
pancaindra. Epistimologi adalah pengetahuan yang berusaha menjawab pertanyaan
pertanyaan, seperti apakah pengetahuan, cara memperoleh pengetahuan. Aksiologi
menyangkut nilai nilai yang berupa pertanyaan apakah yang baik atau bagus itu. Dalam definisi lain
ontologi merupakan suatu pendidikan yang menguji, mengintregasikan semua nilai
tersebut dalam kehidupan manusia.untuk selanjutnya nilai nilai tersebut
ditanamkan dalam kepribadian anak. Hasil kajian filsafat tersebut tentang ilmu
pengetahuan sangat membantu konsep pendidikan dalam hal merumuskan berbagai
ilmu atau mata pelajaran yang terdapat dalam kurikulum, metode mempelajarinya,
serta pemanfaatkan bagi kehidupan.
B.
Pendapat para
filosof klasik tentang ilmu pendidikan
1.
Pendidikan menurut
sokrates
Socrates lahir di athena (470-399 SM) adalah salah satu
pemikir besar kuno, gagasan filosofis
yang yang pengajaranya sangat mempengaruhi seluruh dunia barat. Diantara
pemikiran pendidikan yang berasal dari socrates adalah metode dealektis. Metode
ini digunakan untuk mendorong sesorang agar dapat bellajar berfikir dengan
cermat.[9]
Socrates berpendapat bahwa seorang guru tidak boleh
memaksa gagasan gagasan atau pengetahuanya kepada seorang siswa, melainkan yang
terpentinng adalah menuntuh siswa untuk dapat mengembangkan pemikiranya sendiri
dengan berfikir secara kritis. Dengan metode dan peran guru, socrates
menginginkan agar tujuan pendidikan dapat merangsang penalaran yang cermat dan
disiplin mental.
a.
Pemikiran tentang
tujuan pendidikan, metode pendidikan guru dan kurikikulum , yaitu menyadarkan
orang agar sungguh sungguh mengetahui dan mengerti apa yang benar dan apa yang
salah.
b.
Pemikiran tentang
metode pengajaran, yaitu metode dan dialektis dan diologis yang ditujukan untuk
mendorong sesoraang agar berfikir secara cermat.
c.
Pemikiran tentang
guru yang demokratis dan humanis, yaitu seorang guru tidak boleh memaksa
gagasan atau pengetahuan kepada seorang siswa, melainkan menuntun siswa agar
dapat mengenmbangkan pemikiranya sendiri secara kritis.
d.
Pemikiran tentang
kurikulum, yaitu bahwa diantara isi kurikulum harus berkenaan dengan ajaran
moral, yaitu ajaran moral yang berkenaan dengan cita cita yang melekt pada
ketuhanan, keadilan keberanian, kerendahan hati, cinta tehadap umat manusian,
toleransi kejujuran, dan kebijakan kebijakan lama
2.
Pendidikan menurut
plato
Plato lahir di athena pada tahun 427 SM, pemikiran plato
tentang pendidikan berkisar pada tiga hal sebagai berikut :[10]
a.
Peran dan fungsi
pendidikan
Menurut plato pendidikan sangat perlu bagi setiap warga,
baik individu maupun negara. Negara wajib memberikan pendidikan kepada setiap
warga negaranya. Namun demikian setiap peserta didik harus diberikan kebebasan
untuk mengikuti pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuanya masing
masing. Dengan demikian pendidikan itu sendiri akan memberikan dampak dan
kehidupan pribadi, bangsa dan negara. Menurut nya pendidikan adalah suatu
tindakan pembebasan dari belenggu ketidaktahuan dan ketidakbenaran. Dengan
demikian sesorang dapat mengetahui apa yang benar dan apa yang tidak benar,
serta mngenal baik dan jahat, yang patut dan yang tidak patut.
b.
Tujuan pendidikan
Menurut plato tujuan pendidikan adalah untuk menemukan kemampuan
kemampuan ilmiah setiap individu yang melatihnya sehingga ia menjadi seorang
warga negara yang baik.
c.
Tahapan dan rencana
pendidikan
Plato menekankan perlunya pendidikan agar direncanakan
dan di progamkan sebaik baiknya sehingga mampu mencapai sasaran yang di
idamkan. Menurutnya pendidikan yang baik harus direncanakan dan diprogamkan
dengan baik agar dapat berhasil dengan baik.
3.
Pendidikan menurut
aristoteles
Aristoteles merupakan muridnya plato. Lahir tahun 394 SM
di stagira, pemikiranya dalam bidang filsafat antara lain meliputi logika,
metafisika, politik, etika, biologi dan psikologi dalam bidang pendidikan. Aristoteles
berpendapat bahwa pendidikan bukanlah soal akal semata mata, melainkan soal
memberi bimbingan pada perasaan yang lebih tinggi, yaitu agar akal dapat
membimbing hawa nafsu. Berkenaan dengan tujuan pendidikan aristoteles
berpendapat bahwa tujuan yang baik mempunyai tujuan untuk kebahagiaan, dan
kebahagiaan tertinggi merupakan adalah hidup spekulatif.[11]
Sementara itu, yang berkenaan dengan metode pengajaran, aristoteles menganggap penting
pembentukan kebiasaan pada tingkat pendidikan dasar. Karena pada tingkat usia
muda itu perlu ditanamkan kesadaran terhadap atuan aturan moral. Menurut
aristoteles, untuk memperoleh pengetahuan , manusia harus melebihi dari bintang
bintang lain dalam berfikir. Selain itu, manusia juga harus melakukan
pengamatan dan menganalisis struktur struktur, fungsi fungsi orgnisme dan
segala yang ada didalam dengan cara hati hati.
Berkenaan dengan prinsip pokok pendidikan , menurut
arisstoteles yang terpenting adalah pengumpulan dan penelitian fakta fakta
belajar secara induktif, yaitu suatu pencarian objektif terhadap kebenaran
sebagai dasar dari semua ilmu pengetahuan. Prinsip pokok lainya adalah
berkenaan dengan pemberian pendidikan kepada semua anak. Semua warga negara sebaiknya
diajar sesuai dengan kemampuan mereka, sebagaimana doktrin plato tentang
keberadaan individu. Menurut aristoteles disiplin merupakan hal yang esensial
untuk dalam mngajarkan para pemuda untuk mematuhi pemerintah pemerintah dan
mengendalinkan gerak hati mereka.
C.
Pendapat filosof
modern tentang pendidikan
Pendidikan menurut aliran progresivisme dan pragmatisme
a.
Wilian james
Lahir di new york pada tanggal 11 januari 1842. Selain
seorang psikolog ia juga sebagai filosof amerika yang sangat terkenal. James
berkeyakinan bahwa otak atau pikiran, seperti aspek eksistensi organik, harus
mempunyai fungsi biologis dan nilai kelanjutan hidup. Dia menegaskan agar
fungsi otak atau pikiran itu dipelajari sebagai bagian dari mata pelajaran
pokok dari ilmu pengetahuan alam.[12]
b.
John dewey[13]
Dewey
sangat menganggap penting pendidikan dalam rangka mengubah dan membaharui suatu
masyarakat. Ia begitu percaya bahwa pendidikan dapat berfungsi sebagai sarana
untuk peningkatan keberanian dan pembentukan kemampuan inteligensi. Dengan itu,
dapat pula diusahakan kesadaran akan pentingnya penghormatan pada hak dan
kewajiban yang paling fundamental dari setiap orang. Baginya ilmu mendidik
tidak dapat dipisahkan dari filsafat. Maksud dan tujuan sekolah adalah untuk
membangkitkan sikap hidup yang demokratis dan untuk mengembangkannya.
Pendidikan merupakan kekuatan yang dapat diandalkan untuk menghancurkan
kebiasaan yang lama dan membangun kembali yang baru.
Bagi
Dewey, lebih penting melatih pikiran manusia untuk memecahkan masalah yang
dihadapi, dari pada mengisinya secara sarat dengan formulai-formulasi secara
sarat teoritis yang tertib. Pendidikan harus pula mengenal hubungan
yang erat antara tindakan dan pemikiran, antara eksperimen dan refleksi.
Pendidikan yang merupakan kontiunitas dari refleksi atas pengalaman juga akan
mengembangkan moralitas dari anak-anak didik. Dengan demikian belajar dalam
arti mencari pengetahuan, merupakan suatu proses yang berkesinambungan. Dalam
proses ini, ada perjuangan yang terus menerus untuk membentuk teori dalam
konteks eksperimen dan pemikiran.
Ia
juga mengkritik sistem kurikulum yang hanya “ditentukan dari atas” tanpa
memperhatikan masukan-masukan dari bawah.
Untuk
memahami pemikiran John Dewey, kita harus berusaha untuk memahami titik-titik
lemah yang ada dalam dunia pendidikan itu sendiri. Ia secara realistis
mengkritik praktek pendidikan yang hanya menekankan pentingnya peranan guru dan
mengesampingkan peranan para siswa dalam sistem pendidikan. Penyiksaan fisik
dan indoktrinasi dalam bentuk penerapan doktrin-doktrin menghilangkan kebebasan
dalam pelaksanaan pendidikan.
Dewey
mengadakan penelitiannya mengenai pendidikan di sekolah-sekolah dan mencoba
menerapkan teori pendidikannya dalam praktek di sekolah-sekolah. Hasilnya, ia
meninggalkan pola dan proses pendidikan tradisional yang mengandalkan kemampuan
mendengar dan menghafal. Sebagai gantinya, ia menekankan pentingnya kreativitas
dan keterlibatan siswa dalam diskusi dan pemecahan masalah.[14]
D.
Konsep Pendidikan menurut filosof muslim
1. Ibn Miskawaih
Terdapat
sejumlah pemikiran yang mendasari pemikiran Ibn Miskawaih dalam bidang
pendidikan. Pemikiran tersebut antara lain:[15]
a.
Konsep Manusia
Sebagaimana
para filososof lainnya Ibn Miskawaih memandang manusia sebagai makhluk yang
memiliki macam-macam daya. Menurutnya dalam diri manusia ada tiga daya, yaitu:
(1)
Daya bernafsu(an-nafs as-sabu’iyyat) sebagai daya terendah,
(2)
Daya berani(an-nafs an-natbiqah) sebagai daya pertengahan, dan
(3)
Daya berpikir (an-nafs an-natbiqat) sebagai daya tertinggi.
Ketiga daya ini merupakan unsur ruhani
manusia yang asal kejadiannya berbeda.
b.
Konsep Akhlak
Pemikiran
Ibn Miskawaih dalam bidang akhlak termasuk salah satu yang mendasari konsepnya
dalam bidang pendidikan. Konsep akhlak yang ditawarkan berdasar pada doktrin
jalan tengah, Ibn Miskawaih secara umum memberi pengertian
pertengahan (jalan tengah) tersebut antara lain dengan keseimbangan, moderat,
harmoni, utama, mulia, atau posisi tengah antara dua ekstrem. Akan tetapi ia
tampak cenderung berpendapat bahwa keutamaan akhlak secara umum diartikan
sebagai posisi umum antara ekstrem berlebihan dan ekstrem kekurangan
masing-masing jiwa manusia.
2. Ibnu
Sina
Sebagai
suatu sistem, pendidikan memiliki berbagai aspek yang antara satu dengan yang
lainnya saling berkaitan, yaitu aspek tujuan pendidikan, kurikulum, metode
guru, hukuman dan lingkungan. Pada bagian ini akan dikemukakan konsep
pendidikan Ibnu Sina yang ruang lingkupnya dibatasi pada aspek tujuan
pendidikan, kurikulum, guru yang baik, metode pengajaran, dan pelaksanaan pada
aspek-aspek tersebut, didasarkan pada pemikiran pendidikan yang terdapat pada
Ibnu Sina itu sendiri.
Menurut
Ibnu Sina tujuan pendidikan adalah mengarahkan pertumbuhan individu baik dari
segi jasmani maupun rohaninya secara sempurna. Selain itu, menurutnya bahwa
pendidikan juga bertujuan mempersiapkan seseorang agar dapat hidup di
masyarakat dan berinteraksi dengannya melalui pekerjaan atau keahlian yang
dipilihnya. Untuk itu lingkup kependidikan dalam pandangan Ibnu Sina meliputi
bidang pembinaan, jasmani melalui olah raga, melatih makan, minum dan
sebagainya secara teratur dan menjaga. Dan rohani dengan kata lain tujuannya
lebih mengarah kepada mencerdaskan akal serta semua unsur yang terkait di
dalamnya.[16]
Untuk
kurikulum ibnu sina berpendapat bahwa kurikulum harus didasarkan pada tingkat
perkembangan anak usia didik. Untuk anak usia 3 smapi 5 tahun, misalnyaharus
diberikan pelajaran olahraga, budi pekerti, kebersihan, seni, dan kebersihan.
3.
Al-Ghozali[17]
Pandangannya terhadap dunia pendidikan, Imam
al-Ghazali lebih banyak berorientasi pada penekanan bathiniyah (aspek afektif)
dari pada berorientasi pada pengetahuan indrawi belaka. Imam al-Ghazali
memandang pendidikan sebagai sarana atau media untuk mendekatkan diri
(taqarrub) kepada Sang Pencipta (Allah), dan untuk mencapai kebahagiaan di
dunia dan di akhirat kelak yang lebih utama dan abadi. Hal ini terlihat dari
tujuan-tujuan pendidikan yang dirumuskannya, yakni:
1. Insan
Purna yang bertujuan mendekatkan diri kepada Allah SWT
2. Insan
Purna yang bertujuan untuk mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Di samping itu, terdapat hal yang
penting mendapat perhatian dalam mengkaji pemikiran Imam al-Ghazali dalam
bidang pendidikan ini, yaitu pandangannya tentang hidup dan nilai-nilai
kehidupan yang sejalan dengan filsafat hidupnya, meletakkan dasar kurikulum
sesuai dengan proporsinya serta minatnya yang besar terhadap ilmu pengetahuan.
Dengan demikian, corak pemikiran
al-Ghazali tentang pendidikan itu cenderung sufistik dan lebih banyak bersifat
rohaniah. Karena menurutnya ciri khas pendidikan Islam itu lebih menekankan
pentingnya menanamkan nilai moralitas yang dibangun dari sendi-sendi akhlak
Islam.
Namun demikian,
al-Ghazali menekankan pula pentingnya penguasaan ilmu pengetahuan untuk
kepentingan hidup manusia. Ilmu pengetahuan menurut Imam al-Ghazali adalah
sebagai kawan di waktu sendirian, sahabat di waktu sunyi, penunjuk jalan kepada
agama, merupakan pendorong ketabahan di saat dalam kekurangan dan kesukaran.
Sedemikian agung Imam al-Ghazali memandang ilmu pengetahuan sebagai tolak ukur
keberhasilan pendidikan Islam pada masa kini dan yang akan datang, sehingga
Abdul Razak Naufal menyebut Imam al-Ghazali sebagai peletak dasar ilmu
pengetahuan tentang kejiwaan (Psikologi) di dunia ini. Al-Ghazali juga
menentang ilmu kalam dan ulama’ kalam, namun ia tetap menjadi seorang tokoh
kalam. Tantangannya hanya ditujukan kepada tingkah laku mereka dan kejauhan
hati mereka dari agama yang dipertahankan oleh mereka dengan mulut.
Dengan demikian pandangan al-Ghazali
mengenai pendidikan Islam itu adalah sarana bagi pembentukan manusia yang mampu
mengenal Tuhannya dan berbakti kepada-Nya. Sehingga dalam pandangan al-Ghazali
dinyatakan bahwa manusia yang dididik dalam proses pendidikan hingga pintar,
namun tidak bermoral, maka orang tersebut dikategorikan sebagai orang bodoh,
yang dalam hidupnya akan susah. Demikian pula orang yang tidak mengenal dunia
pendidikan, dipandangnya sebagai orang yang binasa.
Pemikiran ikhwan al-syafa tentang pendidikan dapat
diketahui dari pendapatnya yang bersifat penalaran dan bukan amalan dengan hal
yang berkaitan dengan cara memperoleh ilmu pengetahuan. Pemikiran ikhwan
al-syafa tentang pengetahuan dapat dilihat dari pendapat nya tentang memperoleh
ilmu pengetahuan dengan tiga cara :
a.
Dengan menggunakan pancaindra Untuk mendapatkan ilmu
pengetahuan yang ada pada setiap jaman dan tempat
b.
Dengan cara mendengarakan dan menyimak informasi
c.
Dengan cara menulis dan membaca yang dengan cara itu
manusia dapat memahami arti dari kalimat, berbagai pendapat yang dihasilkan
melalui penalaran.
Persyaratan seorang guru dalam
menyampaikan berbagai macam ilmu pengetahuan dapat diketahui melalui
pendapatnya bahwa seorang guru disyarat kan agar berpegang teguh dengan aliran
dan mazhabnya dan mendamarbaktikan tujuan pada politik serta sepakat terhadap
tujuan dan penyebaran dakwahnya. Selain itu hendaknya seorang guru seeorang
yang cerdas, yang baik ahklaknya, bersih pikiranya, mencintai ilmu mencari
kebenaran.
Berkenaan dengan pemikiranya, metode
mengajar dapat diketahui dari pendapatnya yang mengatakan, seorang murid
hendaknya harus dibiasakan belajar khuttab
karena kesempurnaan murid dengan cara menghafal, bukan dengan pemahaman.
Para murid hendaknya mulai menghafal dasar dasar ilmu dan tidak merasa cukup
sesudah itu.
Pendidikan menurut
Ibnu Khaldun intinya bukanlah suatu aktivitas yang semata-mata bersifat
pemikiran dan perenungan yang jauh dari aspek-aspek
pragmatis dalam kehidupan labih jelasnya pendidikan bukan
harus dibatasi dalam hal belajar mengajar melainkan suatu
proses dimana manusia secara sadar menangkap, menyerap, dan menghayati peristiwa-peristiwa alam sepanjang zaman.
Tujuan
Pendidikan
Islam Tujuan pendidikan islam
menurut Ibnu Khaldun adalah
meliputi lima hal:
a) Menyiapkan
seseorang dari segi keagamaan.
b) Menyiapkan
seseorang dari segi akhlak
c) Menyiapkan
seseorang dari segi kemasyarakatan
dan sosial
d) Menyiapkan
seseorang dari segi
pekerjaan
e) Menyiapkan seseorang dari segi pemikiran dan
kesenian supaya bisa berkreasi
Jadi tujuan pendidikan bukan hanya untuk mencapai ilmu pengetahaun
saja, namun lebih jauh dari pada itu semua yaitu seseorang harus mengamalkannya dalam akhlak sehari-hari serta memiliki
kemampuan untuk bisa berkreasi dan
bekerja demi kehidupannya.
Metode
Pengajaran
Metode pengajaran yang ditawarkan oleh
Ibnu Khaldun melalui tigalangkah pokok:
a) Didalam memberikan pengetahuan kepada anak didik,
pendidik hendaknya memberikan pengetahuan
dan problem secara umumnya saja secara
menyeluruh.
b) Anak
didik ikut interaktif
dalam pemecahan
masalahdan pengetahuan yang bersifat umum tadi dengan bantuan
pendidik.
c) Pendidik
menyampaikan pengetahuan secara detaialdan lebih terperinci serta
menyeluruh agar anak didik mendapat pengetahuan yang lebih sempurnah
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Pendidikan
Islam adalah usaha-usaha untuk menyampaikan ilmu pengetahuan dan nilai-nilai
Islam baik dalam bentuk bimbingan rohani maupun jasmani, mewujudkan
terbentuknya manusia yang memiliki kepribadian utama serta kesuksesan di dunia
dan akhirat. Sedangkaan konsep pendidikan modern adalah pendidikan yang
menyentuh setiap aspek kehidupan peserta didik, pendidikan merupakan proses
belajar yang terus menerus, pendidikan dipengaruhi oleh kondisi-kondisi dan
pengalaman, baik di dalam maupun di luar situasi sekolah. Pendidikan di
syaratkan oleh kemampuan dan minat peserta didik, jugatepat tidaknya situasi
belajar dan efektif tidaknya cara
mengajar.
B.
KESIMPULAN
Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat masih
banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran
dari pembaca yang membangun sangat kami harapkan dan semoga terselesainya
makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Amin …
DAFTAR PUSTAKA
NataAbudin,denganpendekatanmultidispliner(ilmupendidikanislam),(jakarta:PT
rajagrafindopersaja,2010
https://silfiamayangsari.wordpress.com/konsep-pendidikan-ibnukhalidunislam-menurut-para-filosof-muslim/ https://www.scribd.com/doc/25179065/Pendidikan-Islam-Menurut-Beberapa-Tokoh-Islam
http://pkuulilalbab-uika.blogspot.com/2013/03/pemikiran-pendidikan-ibnu-sina-oleh.html
http://pkuulilalbab-uika.blogspot.com/2013/03/pemikiran-pendidikan-ibn-miskawaih-oleh.html
https://filsafatleonardoansisawur.wordpress.com/goresan-pena-sahabatku-yono/-pendidikan-menurut-john-locke-dan-john-dewey/
[1]
NataAbudin,denganpendekatanmultidispliner(ilmupendidikanislam),(jakarta:PT
rajagrafindopersaja,2010)hlm.108
[2]
Ibid.hlm,110
[3]
Ibid.hlm,111
[4]
Ibid.hlm,113
[5]
Ibid.hlm,115
[6]
Ibid.hlm,116
[7]
Ibid.hlm,121
[8]
Ibid.hlm,123
[9]
Ibid.hlm,124
[10]
Ibid.hlm,127
[11]
Ibid.hlm,130
[12]
Ibid.hlm,135
[13]https://filsafatleonardoansisawur.wordpress.com/goresan-pena-sahabatku-yono/-pendidikan-menurut-john-locke-dan-john-dewey/
(diakses pada tanggal 20 febuari 2019)
[14]
Ibid
[15]
http://pkuulilalbab-uika.blogspot.com/2013/03/pemikiran-pendidikan-ibn-miskawaih-oleh.html
(diakses pada tanggal 18 febuari 2019)
[16]
http://pkuulilalbab-uika.blogspot.com/2013/03/pemikiran-pendidikan-ibnu-sina-oleh.html
(diakses pada tanggal 18 febuari 2019)
[18]
NataAbudin,denganpendekatanmultidispliner(ilmupendidikanislam),(jakarta:PT
rajagrafindopersaja,2010).hlm,158
[19]
https://www.scribd.com/doc/25179065/Pendidikan-Islam-Menurut-Beberapa-Tokoh-Islam
diakses pada tanggal 22 febuari 2019)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar