Kamis, 03 Oktober 2019

ILMU PENDIDIKAN ISLAM DENGAN PENDEKATAN FILSAFAT


ILMU PENDIDIKAN ISLAM DENGAN PENDEKATAN FILSAFAT

Di Ajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah ilmu pendidikan islam
Dosen Pembimbing: SRI UTAMI M.Pd.i

Disusun oleh :
1)      Abdul Aziz Efendi



PROGRAM STUDI
MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM (MPI)
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM ( STAI ) AS-SHIDDIQIYAH
 LEMPUING JAYA
TAHUN AKADEMIK 2018/2019

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat tuhan yang maha Esa karena dengan rahmat,karunia, serta taufik dan hidayat-nya kami telah menyelesaikan ‘’makalah ini’ dengan baik meskipun banyak kekurangan di dalamnya. Dan juga kami berterima kasih kepada bapak SRI UTAMI M.Pd.i selaku Dosen mata kuliah ilmu penddikan islam yang telah memberikan tugas ini kepada kami.Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat.Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendii maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dimasa depan.





DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A.    Latar belakang...................................................................................... 1
B.     Rumusan masalah................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................ 3
A.    Sifat dan objek kajian filsafat serta hubunganya dengan ilmu
pendidikan............................................................................................ 3      
B.     Pendapat tentang para filosof klasik tentang ilmu pendidikan............ 7
C.     Pendapat tentang filosof modern tentang pendidikan......................... 10
D.    Pendidikan menurut para filosof muslim tentang pendidikan.............. 12
BAB III PENUTUP......................................................................................... 18
A.    Kesimpulan .......................................................................................... 18
B.     Saran..................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 19









BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
            Ilmu pendidikan islam adalah pendidikan yang sangat ideal. Perkemabangan islam tumbuh dan berkembang sejalan dengan adanya dakwah. Pendidikan islam terus mengalami perubahan baik dari segi kurikulum maupun dari segi lembaga pendidikan islam. ilmu tidak akan bertambah maju tanpa adanya penelitian dan pembaharuan.upaya penelitian sebenarnya sudah dilakuakan para ulama masa lalu, termasuk masalah pendidikan. Pendidikan islam yang selama ini ada lebih tampak sebagai sebuah praktek pendidikan, dan bukan sebagai ilmu dalam arti ilmu yang memiliki struktur bahasan dan metodologi penelitiannya tersendiri. Hal ini berbeda dengan ilmu pendidikan pada umumnya yang pertumbuhan dan perkembangannya jauh lebih pesat dibandingkan dengan ilmu pendidikan islam. Berbagai aspek yang berkaitan dengan ilmu pendidikan pada umumnya, mulai dari masalah filsafat pendidikan, kurikulum, metodologi pembelajaran, teknologi pendidikan, hingga lingkungan pendidikan.  
  Sejak di masa klasik hingga sekarang belum banyak pakar dan ulama islam yang meneliti masalah pendidikan islam. Pemikiran-pemikiran kependidikan yang diajukan para tokoh klasik tidak menutup kemungkinan masih ada yang cocok dan perlu dilaksanakan. Di tengah-tengah situasi dimana umat islam saat ini sedang mencari model pendidikan  unggul dan terpadu sebagai upaya menajwab kebutuhan masyarakat. Dalam makalah ini kami paparkan pemikiran tokoh filsafat dan muslim tentang pendidikan islam. Pendidikan merupakan bagian penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan (terutama Islam) dengan berbagai coraknya, berorientasi memberikan bekal kepada manusia untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Oleh karena itu, semestinya pendidikan Islam selalu diperbaharui konsepnya dalam rangka merespon perkembangan zaman yang selalu dinamis, agar peserta didik dalam pendidikan Islam tidak hanya berorientasi pada kebahagiaan hidup setelah mati, tetapi kebahagiaan hidup di dunia juga bisa diraih.

B.    RUMUSAN MASALAH
1.      Sifat dan kajian objek filsafat serta hubunganya dengan ilmu pendidikan ?.
2.      Pendekatan filosof klasik tentang pendidikan?..
3.      Pendekatan filosof modern tentang pendidikan ?..
4.      Pendidikan menurut filosof muslim?..





















BAB II
PEMBAHASAN

A.    Sifat dan objek kajian filsafat serta hubungannya dengan ilmu pendidikan
1.      Sifat dan karakternya
Filsafat adalah upaya untuk mencari kebenaran, kebaikan , keindahan dan keutamaan dengan cara berfikir secara sistematis ,radikal, universal, logis, dan spekulatif.
Seorang filosof adalah orang yang mencintai,menyukai dan mendambakan lahirnya kebenaran ,kebaikan, keindahan, dan keutamaan. Cara berfikir seperti ini diperlukan untuk memecahkan masalah pendidikan, seseorang yang merumuskan visi misi dan tujuan pendidikan tidak hanya sekedarnya apalagi asal asalan. Visi misi dab tujuan pendidikan tersebut harus diperkirakan seccara mendalam  sehingga visi misi dan tujuan pendidikan tersebut benar benar mengandung kebenaran kebaikan dan  dan keutamaan.[1]
Selain itu visi,misi dan tujuan pendidikan dilakukan secara menyeluruh, yakni seluruh aspeknya baik dalam segi rumusan atau hakikat, inti atau subtansi dipikirkan secara matang.
2.      Objek kajian filsafat
Objek  kajian filsafat secara singkat dapat dikemukakan sebagai berikut:
a.       Metafisika
Seperti ilmu pengetahuan lain, metafisika merupakan kegiatan abtraksi. Metafisika sebagai sebuah cabang ilmu, menunjukan bahwa manusia mahluk rasional. Metafisika oleh aristoteles dikatakan sebagai ilmu mengenai yang ada pada dirinya sendiri.Objek bahasan metafisika bukan semata-mata hal-hal empiri atau hal-hal yang dapat dijangkau oleh pengamatan individual, melainkan hal-hal atau aspek-aspek yang menjadi dasar realitas itu sendiri. Klaim-klaim atas metode dan objek kajian metafisika telah menjadi problem perenial kefilsafatan.
Pembahasan mengenai metafisika memiliki berbagai sub bahasan. Misalnya pembahasan sentral metafisika adalah ontologi, yaitu proses analitis dan penggalian klasifikasi berdasarkan prinsip-prinsip kategori keberadaan dan relasi di antaranya. Bahasan sentral lainnya adalah kosmologi metafisik, yaitu kajian mendalam atas prinsip keberadaan dunia, realitas, asal mula, dan makna keberadaan atasnya.
b.      Etika
Etika adalah studi mengenai tingkah laku yang terpuji yang dianggap sebagai ilmu pengetahuan yang nilainya tinggi. Menurut socrates etika sebagai ilmu pengetahuan baik buruk jahat dan mengenai kebiijaksanaan hidup. Dari segi fungsinya, etika berusaha menyelidiki segala perrbuatan manusia kemudian menetapkan baik atau buruknya.[2]
Kajian tentang etika terdapat dalam filsafat memberikan sumbangan bagi perumusan materi pelajaran tentang etika yang terdapat dalam kurikulum juga untuk memberikan jiwa dan akhlak pada seluruh komponen pendidikan. Dalam komponen pendidikan visi misi tujan kurikulum , guru murid,dan proses ajar mengajar harus terdapatnilai nilai etika dan sungguh sungguh nilai tersebut diusahakan agar terlaksanakan dengan baik.
c.       Estetika
Estetika adalah studi tentang bentuk dan keindahan atau kecantikan yang sesungguhnya merupakan filsafat mengenai kesenian. Estetika merupakan salah satu objek formal filsafat. Kajian estetika ini mencakup semua komponen kurikulum yang harus mengandunng unsur keindahan. Kegiatan proses belajar melibatkan guru dan murid, misalnya sering membosankan dan tidak menarik. Hal ini dapat teratasi jika proses belajar mengandung unsur keindahan. Seorang guru harus memiliki kemampuan mengolah kata, berjiwa seni, humoris dalam batas batas kesopanan biasanya lebih disukai daripada yang angker atau tidak pernah tersenyum.[3]
d.      Logika
Logika adalah studi mengenai metode metode seperti berfikir dan meneliti seperti melakukan observasi. Studi logika kadang kurang menarik perhaatian sebagian banyak orang, tetapi studi ini prinsipnya merupakan suatu peristiwa yang penting dalam sejarah berfikir umat manusia. Dengan logika yang digunakan secara baik dan optimal akan menghasilkan ilmu pengetahuan. Kajian filsafat tentang logika akan membantu dalam merancang kurikulum tersebut terdapat matakuliah tentang logika, juga akan menjauhkan para perancang konsep pendidikan termasuk dalam merumuskan visi, misi, tujuan, dan kurikulum , proses belajar mengajar dan sebagainya dari cara berfikir gegaabah dan keliru  yang berakibat fatal.[4]
e.       Politik
Politik merupakan pengetahuan mengenai organisasi sosial sepertti monarki, aristrokasi, demokrasi, dan lain lain. Kajian politik ini memilik sumbangan bagi pengenmbangan konsep pendidikan, yaitu politik disamping menjadi salah satu mata pelajaran dalam kurikulum, Juga harus dijadikan pertimbangan dalam memutuskan dan merumuskan kbijakan pendidikan. Kenyataan menunjukan bahwa kemajuan pendidikan pada suatu bangsa amat tergantung pada keputusan politik pemerintah negara yang bersangkut.[5]
f.       Manusia[6]
Manusia merupakan suatu bidang kajian yang tidak hanya terdapat dalam filsafat, melainkan dalam seluruh bidaang disiplin ilmu.  Masing masing disiplin ilmu mendefinisikan manusia dan kepentinganya masing masing.  Kalangan filosof mendefinisikan manusia sebagai binatang yang berfikir, sosiolog mendefinisikan sebagai mahluk yang bepolitik, kalangan agama mendefinisikan sebagai mahluk yang bertuhan.
Tujuan pendidikan islam yang berbasis pada filsafat dan al-Qur`an dapat dirumuskan sebagai  upaya untuk menumbuhkan , menggali, mengarahkan, membina dan mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki manusia seutuhnya yaitu proses jasmani, rohani, akal, pikiran, jiwa dan sebagainya. Sehingga ia dapat menolong dirinya sendiri, masyarakat dan bangsanya melaksanakkan fungsinya sebagai khalifah dalam rangka beribadah kepada allah.
Sehubungan dengan itu kurikulum pendidikan islam juga harus memuat materi ajaran yang berkenaan dengan jasmaniah. Demikian pula proses belajar menganjar dalam pendidikan islam dapat dilakukan dengan mempertimbang kan bakat, minat kecendrungan, sifat sifat kejiwaan, sehingga proses pembelajaran sesuai dengan kejiwaan manusia, mencerdaskan dan mencerahkan.
g.      Alam
Alam meupakan salah satu objek kajian filsafat yang paling awal. Menurut thales alam berasal dari air, menurut anaximendes, alam ini berasal dari debu, menurut anaximandros alam berasall dari uap.
Alam jagat raya dengan segala isinya akan digunakan sebagai sarana pelaksanaan pendidikan islam. Sebagai peralatar belajar mengajar, bangunan, gedung juga berasal dari alam. Alam juga sebagai objek  ilmu pengetahuan terutama ilmu ilmu yang bersifat kealamaan atau selanjutnya disebut sains. Alam akan menjadi objek penelitian yang menghasilkan ilmu pendidikan.[7]
h.      Ilmu pengetahuan[8]
Ilmu pengetahuan merupakan salah satu objek kajian filsafat sesudah kajian terhadap alam, tetapi memiliki hubungan yang sangat erat dengan alam. Kajian filsafat tentang ilmu pengetahuan dibagi menjadi tiga yaitu ontologi epistimologi dan aksiologi. Ontologi berkaitan dengan objek kajian ilmu pengetahuan, yaitu berupa alam jagat raya. ontologi menyelidiki segala sesuatu dari alam nyata  pagi pancaindra. Epistimologi adalah pengetahuan yang berusaha menjawab pertanyaan pertanyaan, seperti apakah pengetahuan, cara memperoleh pengetahuan. Aksiologi menyangkut nilai nilai yang berupa pertanyaan apakah  yang baik atau bagus itu. Dalam definisi lain ontologi merupakan suatu pendidikan yang menguji, mengintregasikan semua nilai tersebut dalam kehidupan manusia.untuk selanjutnya nilai nilai tersebut ditanamkan dalam kepribadian anak. Hasil kajian filsafat tersebut tentang ilmu pengetahuan sangat membantu konsep pendidikan dalam hal merumuskan berbagai ilmu atau mata pelajaran yang terdapat dalam kurikulum, metode mempelajarinya, serta pemanfaatkan bagi kehidupan.

B.     Pendapat para filosof klasik tentang ilmu pendidikan
1.      Pendidikan menurut sokrates
Socrates lahir di athena (470-399 SM) adalah salah satu pemikir besar kuno,  gagasan filosofis yang yang pengajaranya sangat mempengaruhi seluruh dunia barat. Diantara pemikiran pendidikan yang berasal dari socrates adalah metode dealektis. Metode ini digunakan untuk mendorong sesorang agar dapat bellajar berfikir dengan cermat.[9]
Socrates berpendapat bahwa seorang guru tidak boleh memaksa gagasan gagasan atau pengetahuanya kepada seorang siswa, melainkan yang terpentinng adalah menuntuh siswa untuk dapat mengembangkan pemikiranya sendiri dengan berfikir secara kritis. Dengan metode dan peran guru, socrates menginginkan agar tujuan pendidikan dapat merangsang penalaran yang cermat dan disiplin mental.
a.       Pemikiran tentang tujuan pendidikan, metode pendidikan guru dan kurikikulum , yaitu menyadarkan orang agar sungguh sungguh mengetahui dan mengerti apa yang benar dan apa yang salah.
b.      Pemikiran tentang metode pengajaran, yaitu metode dan dialektis dan diologis yang ditujukan untuk mendorong sesoraang agar berfikir secara cermat.
c.       Pemikiran tentang guru yang demokratis dan humanis, yaitu seorang guru tidak boleh memaksa gagasan atau pengetahuan kepada seorang siswa, melainkan menuntun siswa agar dapat mengenmbangkan pemikiranya sendiri secara kritis.
d.      Pemikiran tentang kurikulum, yaitu bahwa diantara isi kurikulum harus berkenaan dengan ajaran moral, yaitu ajaran moral yang berkenaan dengan cita cita yang melekt pada ketuhanan, keadilan keberanian, kerendahan hati, cinta tehadap umat manusian, toleransi kejujuran, dan kebijakan kebijakan lama
2.      Pendidikan menurut plato  
Plato lahir di athena pada tahun 427 SM, pemikiran plato tentang pendidikan berkisar pada tiga hal sebagai berikut :[10]
a.       Peran dan fungsi pendidikan
Menurut plato pendidikan sangat perlu bagi setiap warga, baik individu maupun negara. Negara wajib memberikan pendidikan kepada setiap warga negaranya. Namun demikian setiap peserta didik harus diberikan kebebasan untuk mengikuti pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuanya masing masing. Dengan demikian pendidikan itu sendiri akan memberikan dampak dan kehidupan pribadi, bangsa dan negara. Menurut nya pendidikan adalah suatu tindakan pembebasan dari belenggu ketidaktahuan dan ketidakbenaran. Dengan demikian sesorang dapat mengetahui apa yang benar dan apa yang tidak benar, serta mngenal baik dan jahat, yang patut dan yang tidak patut.
b.      Tujuan pendidikan
Menurut plato tujuan pendidikan adalah untuk menemukan kemampuan kemampuan ilmiah setiap individu yang melatihnya sehingga ia menjadi seorang warga negara yang baik.
c.       Tahapan dan rencana pendidikan
Plato menekankan perlunya pendidikan agar direncanakan dan di progamkan sebaik baiknya sehingga mampu mencapai sasaran yang di idamkan. Menurutnya pendidikan yang baik harus direncanakan dan diprogamkan dengan baik agar dapat berhasil dengan baik.

3.      Pendidikan menurut aristoteles
Aristoteles merupakan muridnya plato. Lahir tahun 394 SM di stagira, pemikiranya dalam bidang filsafat antara lain meliputi logika, metafisika, politik, etika, biologi dan psikologi dalam bidang pendidikan. Aristoteles berpendapat bahwa pendidikan bukanlah soal akal semata mata, melainkan soal memberi bimbingan pada perasaan yang lebih tinggi, yaitu agar akal dapat membimbing hawa nafsu. Berkenaan dengan tujuan pendidikan aristoteles berpendapat bahwa tujuan yang baik mempunyai tujuan untuk kebahagiaan, dan kebahagiaan tertinggi merupakan adalah hidup spekulatif.[11]
Sementara itu, yang berkenaan dengan metode  pengajaran, aristoteles menganggap penting pembentukan kebiasaan pada tingkat pendidikan dasar. Karena pada tingkat usia muda itu perlu ditanamkan kesadaran terhadap atuan aturan moral. Menurut aristoteles, untuk memperoleh pengetahuan , manusia harus melebihi dari bintang bintang lain dalam berfikir. Selain itu, manusia juga harus melakukan pengamatan dan menganalisis struktur struktur, fungsi fungsi orgnisme dan segala yang ada didalam dengan cara hati hati.
Berkenaan dengan prinsip pokok pendidikan , menurut arisstoteles yang terpenting adalah pengumpulan dan penelitian fakta fakta belajar secara induktif, yaitu suatu pencarian objektif terhadap kebenaran sebagai dasar dari semua ilmu pengetahuan. Prinsip pokok lainya adalah berkenaan dengan pemberian pendidikan kepada semua anak. Semua warga negara sebaiknya diajar sesuai dengan kemampuan mereka, sebagaimana doktrin plato tentang keberadaan individu. Menurut aristoteles disiplin merupakan hal yang esensial untuk dalam mngajarkan para pemuda untuk mematuhi pemerintah pemerintah dan mengendalinkan gerak hati mereka.
C.     Pendapat filosof modern tentang pendidikan
Pendidikan menurut aliran progresivisme dan pragmatisme
a.       Wilian james
Lahir di new york pada tanggal 11 januari 1842. Selain seorang psikolog ia juga sebagai filosof amerika yang sangat terkenal. James berkeyakinan bahwa otak atau pikiran, seperti aspek eksistensi organik, harus mempunyai fungsi biologis dan nilai kelanjutan hidup. Dia menegaskan agar fungsi otak atau pikiran itu dipelajari sebagai bagian dari mata pelajaran pokok dari ilmu pengetahuan alam.[12]
b.      John dewey[13]
Dewey sangat menganggap penting pendidikan dalam rangka mengubah dan membaharui suatu masyarakat. Ia begitu percaya bahwa pendidikan dapat berfungsi sebagai sarana untuk peningkatan keberanian dan pembentukan kemampuan inteligensi. Dengan itu, dapat pula diusahakan kesadaran akan pentingnya penghormatan pada hak dan kewajiban yang paling fundamental dari setiap orang. Baginya ilmu mendidik tidak dapat dipisahkan dari filsafat. Maksud dan tujuan sekolah adalah untuk membangkitkan sikap hidup yang demokratis dan untuk mengembangkannya. Pendidikan merupakan kekuatan yang dapat diandalkan untuk menghancurkan kebiasaan yang lama dan membangun kembali yang baru.
Bagi Dewey, lebih penting melatih pikiran manusia untuk memecahkan masalah yang dihadapi, dari pada mengisinya secara sarat dengan formulai-formulasi secara sarat teoritis yang tertib. Pendidikan  harus pula mengenal hubungan yang erat antara tindakan dan pemikiran, antara eksperimen dan refleksi. Pendidikan yang merupakan kontiunitas dari refleksi atas pengalaman juga akan mengembangkan moralitas dari anak-anak didik. Dengan demikian belajar dalam arti mencari pengetahuan, merupakan suatu proses yang berkesinambungan. Dalam proses ini, ada perjuangan yang terus menerus untuk membentuk teori dalam konteks eksperimen dan pemikiran.
Ia juga mengkritik sistem kurikulum yang hanya “ditentukan dari atas” tanpa memperhatikan masukan-masukan dari bawah.
Untuk memahami pemikiran John Dewey, kita harus berusaha untuk memahami titik-titik lemah yang ada dalam dunia pendidikan itu sendiri. Ia secara realistis mengkritik praktek pendidikan yang hanya menekankan pentingnya peranan guru dan mengesampingkan peranan para siswa dalam sistem pendidikan. Penyiksaan fisik dan indoktrinasi dalam bentuk penerapan doktrin-doktrin menghilangkan kebebasan dalam pelaksanaan pendidikan.
Dewey mengadakan penelitiannya mengenai pendidikan di sekolah-sekolah dan mencoba menerapkan teori pendidikannya dalam praktek di sekolah-sekolah. Hasilnya, ia meninggalkan pola dan proses pendidikan tradisional yang mengandalkan kemampuan mendengar dan menghafal. Sebagai gantinya, ia menekankan pentingnya kreativitas dan keterlibatan siswa dalam diskusi dan pemecahan masalah.[14]

D.     Konsep Pendidikan menurut filosof muslim
1.       Ibn Miskawaih
Terdapat sejumlah pemikiran yang mendasari pemikiran Ibn Miskawaih dalam bidang pendidikan. Pemikiran tersebut antara lain:[15]

a.       Konsep Manusia
Sebagaimana para filososof lainnya Ibn Miskawaih memandang manusia sebagai makhluk yang memiliki macam-macam daya. Menurutnya dalam diri manusia ada tiga daya, yaitu:
(1) Daya bernafsu(an-nafs as-sabu’iyyat) sebagai daya terendah, 
(2) Daya berani(an-nafs an-natbiqah) sebagai daya pertengahan, dan
(3) Daya berpikir (an-nafs an-natbiqat) sebagai daya tertinggi.
Ketiga daya ini merupakan unsur ruhani manusia yang asal kejadiannya berbeda.

b.      Konsep Akhlak
Pemikiran Ibn Miskawaih dalam bidang akhlak termasuk salah satu yang mendasari konsepnya dalam bidang pendidikan. Konsep akhlak yang ditawarkan berdasar pada doktrin jalan tengah, Ibn Miskawaih secara umum memberi pengertian pertengahan (jalan tengah) tersebut antara lain dengan keseimbangan, moderat, harmoni, utama, mulia, atau posisi tengah antara dua ekstrem. Akan tetapi ia tampak cenderung berpendapat bahwa keutamaan akhlak secara umum diartikan sebagai posisi umum antara ekstrem berlebihan dan ekstrem kekurangan masing-masing jiwa manusia.

2.      Ibnu Sina
Sebagai suatu sistem, pendidikan memiliki berbagai aspek yang antara satu dengan yang lainnya saling berkaitan, yaitu aspek tujuan pendidikan, kurikulum, metode guru, hukuman dan lingkungan. Pada bagian ini akan dikemukakan konsep pendidikan Ibnu Sina yang ruang lingkupnya dibatasi pada aspek tujuan pendidikan, kurikulum, guru yang baik, metode pengajaran, dan pelaksanaan pada aspek-aspek tersebut, didasarkan pada pemikiran pendidikan yang terdapat pada Ibnu Sina itu sendiri.
Menurut Ibnu Sina tujuan pendidikan adalah mengarahkan pertumbuhan individu baik dari segi jasmani maupun rohaninya secara sempurna. Selain itu, menurutnya bahwa pendidikan juga bertujuan mempersiapkan seseorang agar dapat hidup di masyarakat dan berinteraksi dengannya melalui pekerjaan atau keahlian yang dipilihnya. Untuk itu lingkup kependidikan dalam pandangan Ibnu Sina meliputi bidang pembinaan, jasmani melalui olah raga, melatih makan, minum dan sebagainya secara teratur dan menjaga. Dan rohani dengan kata lain tujuannya lebih mengarah kepada mencerdaskan akal serta semua unsur yang terkait di dalamnya.[16]
Untuk kurikulum ibnu sina berpendapat bahwa kurikulum harus didasarkan pada tingkat perkembangan anak usia didik. Untuk anak usia 3 smapi 5 tahun, misalnyaharus diberikan pelajaran olahraga, budi pekerti, kebersihan, seni, dan kebersihan.

3.       Al-Ghozali[17]
Pandangannya terhadap dunia pendidikan, Imam al-Ghazali lebih banyak berorientasi pada penekanan bathiniyah (aspek afektif) dari pada berorientasi pada pengetahuan indrawi belaka. Imam al-Ghazali memandang pendidikan sebagai sarana atau media untuk mendekatkan diri (taqarrub) kepada Sang Pencipta (Allah), dan untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat kelak yang lebih utama dan abadi. Hal ini terlihat dari tujuan-tujuan pendidikan yang dirumuskannya, yakni:
1.      Insan Purna yang bertujuan mendekatkan diri kepada Allah SWT
2.      Insan Purna yang bertujuan untuk mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Di samping itu, terdapat hal yang penting mendapat perhatian dalam mengkaji pemikiran Imam al-Ghazali dalam bidang pendidikan ini, yaitu pandangannya tentang hidup dan nilai-nilai kehidupan yang sejalan dengan filsafat hidupnya, meletakkan dasar kurikulum sesuai dengan proporsinya serta minatnya yang besar terhadap ilmu pengetahuan.
Dengan demikian, corak pemikiran al-Ghazali tentang pendidikan itu cenderung sufistik dan lebih banyak bersifat rohaniah. Karena menurutnya ciri khas pendidikan Islam itu lebih menekankan pentingnya menanamkan nilai moralitas yang dibangun dari sendi-sendi akhlak Islam.
Namun demikian, al-Ghazali menekankan pula pentingnya penguasaan ilmu pengetahuan untuk kepentingan hidup manusia. Ilmu pengetahuan menurut Imam al-Ghazali adalah sebagai kawan di waktu sendirian, sahabat di waktu sunyi, penunjuk jalan kepada agama, merupakan pendorong ketabahan di saat dalam kekurangan dan kesukaran. Sedemikian agung Imam al-Ghazali memandang ilmu pengetahuan sebagai tolak ukur keberhasilan pendidikan Islam pada masa kini dan yang akan datang, sehingga Abdul Razak Naufal menyebut Imam al-Ghazali sebagai peletak dasar ilmu pengetahuan tentang kejiwaan (Psikologi) di dunia ini. Al-Ghazali juga menentang ilmu kalam dan ulama’ kalam, namun ia tetap menjadi seorang tokoh kalam. Tantangannya hanya ditujukan kepada tingkah laku mereka dan kejauhan hati mereka dari agama yang dipertahankan oleh mereka dengan mulut.
Dengan demikian pandangan al-Ghazali mengenai pendidikan Islam itu adalah sarana bagi pembentukan manusia yang mampu mengenal Tuhannya dan berbakti kepada-Nya. Sehingga dalam pandangan al-Ghazali dinyatakan bahwa manusia yang dididik dalam proses pendidikan hingga pintar, namun tidak bermoral, maka orang tersebut dikategorikan sebagai orang bodoh, yang dalam hidupnya akan susah. Demikian pula orang yang tidak mengenal dunia pendidikan, dipandangnya sebagai orang yang binasa. 
4.  ikhwan al-syafa[18]
Pemikiran ikhwan al-syafa tentang pendidikan dapat diketahui dari pendapatnya yang bersifat penalaran dan bukan amalan dengan hal yang berkaitan dengan cara memperoleh ilmu pengetahuan. Pemikiran ikhwan al-syafa tentang pengetahuan dapat dilihat dari pendapat nya tentang memperoleh ilmu pengetahuan dengan tiga cara :
a.       Dengan menggunakan pancaindra Untuk mendapatkan ilmu pengetahuan yang ada pada setiap jaman dan tempat
b.      Dengan cara mendengarakan dan menyimak informasi
c.       Dengan cara menulis dan membaca yang dengan cara itu manusia dapat memahami arti dari kalimat, berbagai pendapat yang dihasilkan melalui penalaran.

Persyaratan seorang guru dalam menyampaikan berbagai macam ilmu pengetahuan dapat diketahui melalui pendapatnya bahwa seorang guru disyarat kan agar berpegang teguh dengan aliran dan mazhabnya dan mendamarbaktikan tujuan pada politik serta sepakat terhadap tujuan dan penyebaran dakwahnya. Selain itu hendaknya seorang guru seeorang yang cerdas, yang baik ahklaknya, bersih pikiranya, mencintai ilmu mencari kebenaran.
Berkenaan dengan pemikiranya, metode mengajar dapat diketahui dari pendapatnya yang mengatakan, seorang murid hendaknya harus dibiasakan belajar khuttab karena kesempurnaan murid dengan cara menghafal, bukan dengan pemahaman. Para murid hendaknya mulai menghafal dasar dasar ilmu dan tidak merasa cukup sesudah itu.


5.   Ibnu khaldun[19]
Pendidikan menurut Ibnu Khaldun intinya bukanlah suatu aktivitas yang semata-mata bersifat pemikiran dan perenungan yang jauh dari aspek-aspek pragmatis dalam kehidupan labih jelasnya pendidikan bukan harus dibatasi dalam hal belajar mengajar melainkan suatu proses dimana manusia secara sadar menangkap, menyerap, dan menghayati peristiwa-peristiwa alam sepanjang zaman.
Tujuan Pendidikan Islam Tujuan pendidikan islam menurut Ibnu Khaldun adalah meliputi lima hal:
a)      Menyiapkan seseorang dari segi keagamaan. 
b)      Menyiapkan seseorang dari segi akhla
c)      Menyiapkan seseorang dari segi kemasyarakatan dan sosial
d)     Menyiapkan seseorang dari segi pekerjaan
e)      Menyiapkan seseorang dari segi pemikiran dan kesenian supaya bisa berkreasi
Jadi tujuan pendidikan bukan hanya untuk mencapai ilmu pengetahaun saja, namun lebih jauh dari pada itu semua yaitu seseorang harus mengamalkannya dalam akhlak sehari-hari serta memiliki kemampuan untuk bisa berkreasi dan bekerja demi kehidupannya.
Metode Pengajaran Metode pengajaran yang ditawarkan oleh Ibnu Khaldun melalui tigalangkah pokok:
a)      Didalam memberikan pengetahuan kepada anak didik, pendidik hendaknya memberikan pengetahuan  dan problem secara umumnya saja secara menyeluruh. 
b)      Anak didik ikut interaktif dalam pemecahan masalahdan pengetahuan yang bersifat umum tadi dengan bantuan pendidik.
c)      Pendidik menyampaikan pengetahuan secara detaialdan lebih terperinci serta menyeluruh agar anak didik mendapat pengetahuan yang lebih sempurnah













BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Pendidikan Islam adalah usaha-usaha untuk menyampaikan ilmu pengetahuan dan nilai-nilai Islam baik dalam bentuk bimbingan rohani maupun jasmani, mewujudkan terbentuknya manusia yang memiliki kepribadian utama serta kesuksesan di dunia dan akhirat. Sedangkaan konsep pendidikan modern adalah pendidikan yang menyentuh setiap aspek kehidupan peserta didik, pendidikan merupakan proses belajar yang terus menerus, pendidikan dipengaruhi oleh kondisi-kondisi dan pengalaman, baik di dalam maupun di luar situasi sekolah. Pendidikan di syaratkan oleh kemampuan dan minat peserta didik, jugatepat tidaknya situasi belajar dan efektif  tidaknya cara mengajar.

B.     KESIMPULAN
Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran dari pembaca yang membangun sangat kami harapkan dan semoga terselesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Amin …
















DAFTAR PUSTAKA

NataAbudin,denganpendekatanmultidispliner(ilmupendidikanislam),(jakarta:PT rajagrafindopersaja,2010
https://silfiamayangsari.wordpress.com/konsep-pendidikan-ibnukhalidunislam-menurut-para-filosof-muslim/ https://www.scribd.com/doc/25179065/Pendidikan-Islam-Menurut-Beberapa-Tokoh-Islam
http://pkuulilalbab-uika.blogspot.com/2013/03/pemikiran-pendidikan-ibnu-sina-oleh.html
http://pkuulilalbab-uika.blogspot.com/2013/03/pemikiran-pendidikan-ibn-miskawaih-oleh.html
https://filsafatleonardoansisawur.wordpress.com/goresan-pena-sahabatku-yono/-pendidikan-menurut-john-locke-dan-john-dewey/


[1] NataAbudin,denganpendekatanmultidispliner(ilmupendidikanislam),(jakarta:PT rajagrafindopersaja,2010)hlm.108
[2] Ibid.hlm,110
[3] Ibid.hlm,111
[4] Ibid.hlm,113
[5] Ibid.hlm,115
[6] Ibid.hlm,116
[7] Ibid.hlm,121
[8] Ibid.hlm,123
[9] Ibid.hlm,124
[10] Ibid.hlm,127
[11] Ibid.hlm,130
[12] Ibid.hlm,135
[13]https://filsafatleonardoansisawur.wordpress.com/goresan-pena-sahabatku-yono/-pendidikan-menurut-john-locke-dan-john-dewey/ (diakses pada tanggal 20 febuari 2019)

[14] Ibid
[15] http://pkuulilalbab-uika.blogspot.com/2013/03/pemikiran-pendidikan-ibn-miskawaih-oleh.html (diakses pada tanggal 18 febuari 2019)
[16] http://pkuulilalbab-uika.blogspot.com/2013/03/pemikiran-pendidikan-ibnu-sina-oleh.html (diakses pada tanggal 18 febuari 2019)
[17] https://silfiamayangsari.wordpress.com/konsep-pendidikan-ibnukhalidunislam-menurut-para-filosof-muslim/(diakses pada tanggal 19 febuari 2019)
[18] NataAbudin,denganpendekatanmultidispliner(ilmupendidikanislam),(jakarta:PT rajagrafindopersaja,2010).hlm,158
[19] https://www.scribd.com/doc/25179065/Pendidikan-Islam-Menurut-Beberapa-Tokoh-Islam diakses pada tanggal 22 febuari 2019)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RENCANA ANGGARAN TAHUNAN

RENCANA ANGGARAN TAHUNAN Di Ajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah akuntansi menejemen Dosen Pembimbing: Yazid latif M.Pd ...