Kamis, 03 Oktober 2019

Ahlaqi Al-Basri dan Al-Muhasibi


Ahlaqi Al-Basri dan Al-Muhasibi
Di Ajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah filsafat umum
Dosen Pembimbing: Dr. Agus Sholikhin, S. Si., M.Pd.i


Disusun oleh :
1)      Abdul Azis Efendi 
2)      Gilang Mila Safira
3)      Nanang Riadi




PROGRAM STUDI
MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM (MPI)
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM ( STAI ) AS-SHIDDIQIYAH
 LEMPUING JAYA
TAHUN AKADEMIK 2018/2019



KATA PENGANTAR

            Segala puji bagi Allah Swt, Tuhan semesta Alam. yang telah menganugerahkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi kita semua. Salawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada  Nabi Muhammad Saw., keluarga, sahabat serta para pengikutnya hingga akhir zaman nanti.
            Penulis mengucapkan terima kasih kepada pembaca karena telah memberikan masukan dan inspirasi untuk dapat lebih efektif menyampaikan ide dalam makalah ini. Makalah ini disusun dengan harapan dapat bermanfaat dan sebagai bahan kuliah.
            Makalah ini berisi tentang Tasawuf Akhlaki dan Tokoh-tokohnya. Disadari tentunya banyak terdapat kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Di samping itu juga masih perlu penambahan bahan-bahan yang diperlukan untuk memenuhi materi ini. Akan tetapi kiranya materi ini diharapkan dapat menambah ilmu dan wawasan serta bermanfaat bagi kita.


Lubuk seberuk, 2019
           
           
Penulis




DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A.    Latar belakang...................................................................................... 1
B.     Rumusan masalah................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................ 2
A.    Pengertian akhlaqi................................................................................ 2
B.     Karakteristik ilmu ahlaqi....................................................................... 3
C.     Tokoh tokoh ilmu ahlaqi....................................................................... 3
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 10
A.    Kesimpulan........................................................................................... 10
B.     Saran..................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 11











BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
      Dalam mendekatkan diri kepada Allah, diperlukan akhlak-akhlak terpuji terlebih dahulu karena ilmu tasawuf adalah cara untuk mendekatkan diri kepada Allah sedekat mungkin. Namun kebanyakan sekarang ini banyak sekali penulis melihat orang yang berakhlak mazmumah (tercela). Jadi, untuk itu hal utama yang harus dilakukan adalah dengan memperbaiki akhlaknya terlebih dahulu, melalui beberapa tahapan-tahapan.
      Akhlak menurut bahasa berarti tingkah laku, perangai atau tabi’at. Sedangkan menurut istilah adalah pengetahuan yang menjelaskan tentang baik dan buruk. Mengatur pergaulan manusia, dan menentukan tujuan akhir usaha dan pekerjaan. Sedangkan tasawuf ialah berasal dari bahasa arab yaitu : shufa-yashufa-shafa artinya mempunyai bulu banyak. Kemudian kata itu terjadi perubahan kata kepada mazid (tambahan) 2 huruf  “Ta” dan tasdid waw, sehingga menjadi : tashufa-yashufa-tashufa. Yang artinya menjadi sufi.
            Secara umum tasawuf akhlaqi ialah mendekatkan diri kepada Allah dengan cara membersihkan diri dari perbuatan-perbuatan yang tercela dan menghiasi diri dengan perbuatan terpuji. Dengan demikian dalam proses pencapaian tasawuf seseorang harus terlebih dahulu berakhlak mulia.

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Pengertian tasawuf ahlaqi  ?....
2.      Karakteristik tasawuf ahlaqi  ?...
3.      Tokoh tokoh tasawuf ahlaqi  ?...


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Tasawuf Akhlaqi
Tasawuf akhlaqi adalah suatu ajaran yang menerangkan sisi moral dari seorang hamba dalam rangka melakukan taqarrub kepada Tuhannya, dengan jalan mengadakan riyadhah pembersihan diri atau jiwa dari moral yang tidak baik, karena Tuhan tidak akan menerima siapa pun dari hamba-Nya kecuali yang berhati salim (terselamatkan dari penyakit hati).
Tasawuf akhlaqi, yaitu ajaran tasawuf yang membahas tentang kesempurnaan dan kesucian jiwa yang diformulasikan pada pengaturan sikap mental dan pendisiplinan tingkah laku yang ketat. Guna mencapai kebahagiaan yang optimum, manusia harus lebih dahulu mengidentifikasikan eksistensi dirinya dengan ciri-ciri ketuhanan melalui penyucian jiwa raga yang dari pembentukan pribadi yang bermoral paripurna dan berakhlak mulia.[1]
 Sistem Pembinaan Akhlak Dalam tasawuf akhlaki, sistem pembinaan akhlak disusun sebagal berikut.[2]
a.       Takhalli
Takhalli merupakan langkah pertama yang harus dijalani seseorang yaitu usaha mengosongkan diri dari perilaku atau akhlak tercela. Hal ini dapat dicapai dengan menjauhkan diri dari kemaksiatan dalam segala bentuknya dan berusaha melenyapkan dorongan hawa nafsu.
b.      Tahalli
Tahalli adalah upaya mengisi atau menghiasi diri dengan jalan mem- biasakan diri dengan sikap, perilaku, dan akhlak terpuji. Tahapan tahalli ini dilakukan setelah jiwa dikosongkan dari akhlak-akhlak jelek.
c.       Tajalli
Untuk pemantapan dan pendalaman materi yang telah dilalui pada fase tahalli, rangkaian pendidikan akhlak disempurnakan pada fase tajalli. Tahap tajalli ini termasuk penyempurnaan kesucian jiwa. Para sufi sependapat bahwa tingkat kesempurnaan kesucian jiwa hanya dapat ditempuh dengan satu jalan, yaitu cinta kepada Allah dan memperdalam rasa kecintaan itu.

B.     Karakteristik Tasawuf Akhlaki Adapun ciri-ciri tasawuf akhlaki antara lain:[3]
a.       Melandaskan diri pada Al-Qur'an dan As-Sunnah. Dalam ajaran- ajarannya, cenderung memakai landasan Qur'ani dan Hadis sebagai kerangka pendekatannya.
b.      kesinambungan antara hakikat dengan syariat, yaitu keterkaitan antara tasawuf (sebagai aspek batiniahnya) dengan figh (sebagai aspek lahirnya)
c.       Lebih bersifat mengajarkan dualisme dalam hubungan antara Tuhan.
d.      Lebih terkonsentrasi pada soal pembinaan, pendidikan akhlak dan aspek lahirnya). dan manusia.

C.     Tokoh tokoh tasawuf ahlaqi
1.      Hasan Al-basri
lalah Al Hasan bin Abi Al-Hasan Abu Sa id Tempat lahirnya adalah di Madinah pada tahun 21 H/642 M, dan dia meninggal di Basrah pada tahun 110 H/728 M.
 Hasan Al Basri hidup di lingkungan orang orang yang saleh yang mendalam agamanya Ibunya bernama Ummu Salamah seorang hamba sahaya, istri Nabi. [4]

Ajaran-Ajaran Tasawuf [5]
Abu Na’im Al-Ashbahani telah menyimpulkan pandangan tasawuf Hasan Al-Bashri sebagai berikut, ”Sahabat takut (khauf) dan pengharapan (raja’) tidak akan dirundung kemuraman dan keluhan; tidak pernah tidur senang karena selalu mengingat Allah.” Pandangan tasawufnya yang lain adalah anjuran kepada setiap orang untuk senantiasa bersedih hati dan takut kalau tidak mampu melaksanakan seluruh perintah Allah dan menjauhi seluruh larangan-Nya.
Lebih jauh lagi, Hamka telah mengemukakan sebagian ajaran-ajaran tasawuf Hasan Al-Basri berikut ini:[6]
1.    Perasaan takut yang menyebabkan hatimu tenteram lebih baik daripada rasa tenteram yang menimbulkan perasaan takut.
2.    Dunia adalah negeri tempat beramal.
3.    Tafakur membawa kita pada kebaikan dan berusaha mengerjakannya. Menyesal atas perbuatan jahat menyebabkan kita mengulanginya lagi. Sesuatu yang fana’ betapa pun banyaknya tidak akan menyamai sesuatu yang baqa’ betapa pun banyaknya tidak akan menyamai sesuatu yang baqa’ betapa pun sedikitnya. Waspadalah terhadap negeri yang cepat datang dan pergi serta penuh tipuan
4.    Dunia ini adalah seorang janda tua yang telah bungkuk dan berapa kali ditinggalkan mati suaminya.
5.    Orang yang beriman akan senantiasa berduka cita pada pagi dan sore hari karena berada di antara dua perasaan takut : Takut mengenang dosa yang telah lampau dan takut memikirkan ajal yang masih tinggal serta bahaya yang akan mengancam.
6.    Hendaklah setiap orang sadar akan kematian yang senantiasa mengancamnya, akan kiamat yang akan menagih janjinya.
7.    Banyak duka cita di dunia memperteguh semangat amal saleh.

Konsep zuhud Hasan Al-Basri berdasarkan rasa takut kepada Allah. mengenai hal ini, al-Sya'rani di dalam kitabnya al-Tobaqat mengatakan "Dia dipenuhi rasa takut sehingga neraka hanyalah jadi seakan untuk dirinya seorang", dan sebagai mana dikutip Prof. Dr. Hamka mengatakan,bahwa juhud beliau itu, didasarkan pada takut, ialah karena takut akan siksaan Tuhan dalam neraka. Namun setelah ditelaah lebih dalam kata Hamka, ternyata bukanlah takut akan neraka itu yang menjadi sebab. Yang menjadi sebab ialah perasaan dari orang yang berjiwa besar akan kekurangan dan kelalaian diri. Itulah sebabnya lebih tepat dikatakan bahwa dasar zuhud Hasan Al-Basri bukankah takut akan masuk neraka, tetapi takut akan murka Tuhan.[7]


2.      Al-muhasibi
Nama lengkapnya Abu abdulah al-haris bin asad al basri al-muhasibi. Lahir di Basrah, Irak pada tahun 165 H / 781 M dan wafat di Basrah, Irak tahun 243 H / 857 M. Al-Muhasibi dikenal sebagai seorang ulama yang membawa banyak bidang agama yang dilengkapi fikih, ilmu kalam hadis, dan ilmu jiwa. Karena itu, tidak salah jika diminta bahwa ia adalah seorang fakih, ahli hadis, ahli kalam, dan ahli ilmu jiwa pada zamannya. Warna tasawuf yang ditawarkan al-Mu hasibi melalui karya karyanya memadukan bidang-bidang ilmu yang dikuasainya itu. Tasawuf al-Muhasibi-yang menekankan disiplin jiwa atau diri, atau lebih tepatnya akhlak mulia (makárim al-akhlãą) atau akhlak indah (husn al thuluą)-memadukan syariat dan tarekat yang berdasar pada al Quran, Sunnah Nabi, dan akal sejauh sejalan dengan al Qur'an dan Sunnah Nabi.[8]
Dalam pengembaraannya dalam menuntu ilmu di bidang ilmu hadis, ilmu fiqh, beliau berguru dari para ulama yang terkenal di zamannya. Dan di antara guru-gurunya seperti dalam ilmu fikih ia belajar dengan Imam Syafi'i, Abu Ubaid Al-Qasimi bin Salam, dan Kadi Abu Yusuf, , dan dalam bidang ilmu hadis ia belajar dengan Hasyim, Syuraih bin Yunus, Vazid bin Haran, Abu an Nadar, dan Suwaid bin Daud.
Sufi kelahiran Basrah ini digelari "al- Muhasibi" (pemeriksa, pengintrospeksi) karena kebiasaannya memeriksa dan meng- awasi dirinya sendiri agar terhindari setiap dosa dan kesalahan sekecil apa pun, yang selalu membuatnya berlaku warak pada Allah dan rasul-Nya. Kebiasaan memeriksa diri itu dibalas oleh Allah dengan "detektor khusus" untuk mengetahui setiap perbuatan salah.[9]
Karakteristik Karekteristik utama karya terbesar al-Muhasibi ini, al- Ri'ayah li Huquq Alläh, adalah penekanan pembahasannya yang berpusat pada psikologi moral atau psikologi spiritual dalam per- spektif Islam yang berpegang teguh pada al-Qur'an dan al-Sunnah.[10]
Selanjutnya, ucapan-ucapan al-Muhasibi yang lain mengenai pengajaran tasawufnya, antara lain: "Umat manusia yang baik adalah mereka yang tidak mendukung akhiratnya oleh dunianya, dan tidak boleh mengundang dunianya sama setiap akhiratnya. Orang yang zalim itu akan khianat dan dipuji orang, orang yang dizalimi itu akan selamat dicela orang. Orang yang selalu puas dengan orang kaya, karena itu ia lapar, dan orang yang selalu kecewa adalah orang palsu, memakan harta yang dimiskinkan lebih banyak. Dan dia juga berkata: "Barangsiapa yang telah bersih karena senantiasa meragabah dan ikhlas, maka akan berhiaslah diambilnya dengan mujahadah dan coba contoh yang dapat disembah Rasulullah".[11]

a.       Pandangan tasawuf al muhasibi mengenai tahapan murfikat khauf,dan raja`
Al-muhasibi menempuh menempuh jalan tasawuf karena hendak diluar keraguan masalah yang dihadapinya. Al muahsibi mengenal sekelompok orang yang tahu benar tentang keakhiratan, namun jumlah mereka sangat sedikit. Sebagian dari mereka adalah orang orang yang mencintai ilmu karena kesombongandan motivasi dunia.
Al muhasibi memandang bahwa keselamatan hanya dapat ditempuh melalui ketakwaan kepada allah swt, melakukan kewajiban kewajiban wara’ dan dan meneladani rosulullah.

b.      Pandangan al muhasibi tentang marfikat
Berbicara tentang makrifat. Al-Muhasibi pun menulis sebuah buku tentangnya, namun, dikabarkan bahwa tidak diketahui alasannya kemudian membakarnya. la sangat berhati-hati dalam menjelaskan batasan- batasan agama, dan tidak mendalami pengertian batin agama yang dapat mengaburkan pengertian lahirnya dan menyebabkan keraguan. Inilah yang mendasarinya untuk memuji sekelompok sufi yang tidak berlebihan dalam menyelami pengertian batin agama. Dalam konteks ini pula dituturkan sebuah hadis Nabi yang berbunyi[12]
قدره تقدروا لی فانکم الخلق تفکروافی ولی لخلق فی تفکروا
"pikirkanlah makhluk-makhluk Allah dan jangan coba-coba memikirkan Dzat Allah, karena kalian tidak mungkin akan mampu memperhitungkan kadarnya".
Berdasarkan hadis di atas, Al-Muhasibi menyatakan bahwa makrifat harus ditempuh melalui jalan tasawuf yang mendasarkan pada kitab dan sunnah. Dan al-Muhasibi menjelaskan tahapan-tahapan makrifat sebagai berikut.[13]
-        Tahapan pertama
Taat merupakan awal dari kecintaan kepada Allah, yaitu bukti atau perbuatan konkret ketaatan hamba kepada Allah. Kecintaan kepada Allah hanya dapat dibuktikan dengan jalan ketaatan, bukan sekadar pengungkapan kecintaan semata sebagaimana dilakukan oleh sebagian orang. Mengekspresikan kecintaan kepada Allah hanya dengan ungkapan-ungkapan, tanpa pengamalan merupakan kepalsuan semata. Di antara implementasi kecintaan kepada Allah adalah memenuhi hati dengan sinar. Kemudian sinar ini melimpah pada lidah dan anggota tubuh yang lain
-        Tahapan kedua Aktivitas anggota tubuh yang telah disinari oleh cahaya yang memenuhi hati merupakan tahap makrifat selanjutnya.
-        Tahapan ketiga
Allah menyingkapkan khazanah-khazanah keilmuan dan kegaiban kepada setiap orang yang telah menempuh kedua tahap di atas. Dan ia akan menyaksikan berbagai rahasia yang selama ini tersimpan Allah.
-        Tahap keempat
Apa yang dikatakan oleh sementara sufi dan fana 'yang menyebabkan baqa'[14]


c.       Pandangan al muhasibi tentang khauf dan raja`
Pandangan al-Muhasibi mengenai khauf (rasa takut) dan raja (pengharapan) menempati posisi penting dalam perjalanan seseorang membersihkan jiwa. Beliau memasukkan kedua sifat ini dengan etika- etika, keagamaan lainnya. Yakni, ketika disifati dengan khauf dan raja', seseorang secara bersamaan disifati pula oleh sifat-sifat lainnya. [15]
Awal wara adalah ketakwaan, awal ketakwaan adalah introspeksi diri (musabat al-nafs), dan awal introspeksi diri adalah khauf dan raja, awal khauf dan raja'adalah pengetahuan tentang janji dan ancaman Allah, awal pengetahuan tentang keduanya adalah perenungan khauf dan raja', menurutnya hal ini dapat dilakukan dengan sempurna bila berpegang teguh pada Al-Qur'an dan As-Sunnah. Beliau menghubungkan kedua sifat itu dikaitkan dengan ibadah dan janji serta ancaman Allah. [16]
Maka dari itu, ia menganggap apa yang diungkapkan Ibnu Sina dan Rabi'ah al-Adawiyah sebagai jenis fana atau kecintaan kepada Allah yang beriebih-lebihan dan ke luar dari garis yang telah dijelaskan Islam sendiri dan bertentangan dengan apa yang diyakini para sufi dari kalangan Ahlusunnah, al-Muhasibi lebih lanjut mengatakan bahwa Al-Qur'an jelas berbicara tentang pembalasan (pahala) dan siksaan.[17]











BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Tasawuf akhlaqi adalah suatu ajaran yang menerangkan sisi moral dari seorang hamba dalam rangka melakukan taqarrub kepada Tuhannya, dengan jalan mengadakan riyadhah pembersihan diri atau jiwa dari moral yang tidak baik, karena Tuhan tidak akan menerima siapa pun dari hamba-Nya kecuali yang berhati salim (terselamatkan dari penyakit hati). Sistem pembinaan tasawuf ahlaki atas takhalli, tahalli, tajalli. Tokoh tasawuf ahlaqi yaitu hasan al-basri, hasan al-muhasibi, al-ghazali.
Karakteristik Tasawuf Akhlaki Melandaskan diri pada Al-Qur'an dan As-Sunnah, kesinambungan antara hakikat dengan syariat,Lebih bersifat mengajarkan dualisme dalam hubungan antara Tuhan, Lebih terkonsentrasi pada soal pembinaan, pendidikan akhlak dan aspek lahirnya) dan manusia.

B.     SARAN
Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran dari pembaca yang membangun sangat kami harapkan dan semoga terselesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Amin …



DAFTAR PUSTAKA

Bangunnnusitionahmad&hanumsiregarrayani,ahklaktasawuf(jakarta:putrajagrafindopersada,2015)
Jumantorototok,&muniraminsamsul,kamusilmutasawuf(jakarta:amzah,2005)
Kautsarazharinoer,warisanagungtasawuf(jakarta:sadrainternationalinstitute,2015)
https://www.academia.edu/12593139/MAKALAH_AKHLAK_TASAWUF_TENTANG_TASAAWUF_AKHLAKI (diakses pada tanggal 28 febuari 2019)


[1] Jumantorototok,&muniraminsamsul,kamusilmutasawuf(jakarta:amzah,2005)hlm.262
[2]Bangunnnusitionahmad&hanumsiregarrayani,ahklaktasawuf(jakarta:putrajagrafindopersada,2015)hlm.31
[3]Bangunnnusitionahmad&hanumsiregarrayani,ahklaktasawuf(jakarta:putrajagrafindopersada,2015)hlm.31
[4] Ibid.hlm,210
[5]https://www.academia.edu/12593139/MAKALAH_AKHLAK_TASAWUF_TENTANG_TASAAWUF_AKHLAKI (diakses pada tanggal 28 febuari 2019)
[6] Ibid.
[7]Bangunnnusitionahmad&hanumsiregarrayani,ahklaktasawuf(jakarta:putrajagrafindopersada,2015)hlm.211
[8] Kautsarazharinoer,warisanagungtasawuf(jakarta:sadrainternationalinstitute,2015)hlm.9
[9] Ibid,hlm.10
[10] Ibid,hlm.14
[11]Bangunnnusitionahmad&hanumsiregarrayani,ahklaktasawuf(jakarta:putrajagrafindopersada,2015)hlm.220
[12]Bangunnnusitionahmad&hanumsiregarrayani,ahklaktasawuf(jakarta:putrajagrafindopersada,2015)hlm.
[13] ibid
[14] Ibid,hlm.
[15] Ibid,hlm.
[16] Ibid,hlm.
[17] Ibid,hlm.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RENCANA ANGGARAN TAHUNAN

RENCANA ANGGARAN TAHUNAN Di Ajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah akuntansi menejemen Dosen Pembimbing: Yazid latif M.Pd ...