Selasa, 10 September 2019

MAKALAH WISATA PEMIKIRAN FILSAFAT ZAMAN YUNANI KUNO


WISATA PEMIKIRAN FILSAFAT ZAMAN YUNANI KUNO

Di Ajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah ilmu pendidikan islam
Dosen Pembimbing: IFROHAN M.Pd.I




Disusun oleh :
1.      Abdul Aziz Efendi



PROGRAM STUDI
MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM (MPI)
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM ( STAI ) AS-SHIDDIQIYAH
 LEMPUING JAYA
TAHUN AKADEMIK 2018/2019


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum, wr.wb.
               Segala puja dan puji syukur kepada allah SWT yang telah memberikan kesehatan, akal fikiran untuk  berfikir leluasa dan memikirkan ciptaannya. Shalawat serata salam kita panjatkan keharibaan baginda rosulullah SAW, yang telah memberi pertolongan pada diri kita baik pertolongan yang telah jelas kita rasakan pada saat ini yakni jalan kebenaran, dan mudah-mudahan pertolongan yang kedua kalinya senantiasa pada diri kita semua di alam berbeda yaitu bi syafa’ati rosulullah SAW.
Selanjutnya kami banyak berterimakasih atas bimbingan  bapak dosen dan kerjasama teman- teman yang  telah ikut berpartisipasi dalam terselesaikannya tugas makalah ini, dan kata maaf mengahiri dari sekapur sirih ini apa bila terdapat celah, dalam makalah ini atau jauh dari kata sempurna.

Wassalamu’alaikum, wr wb.

Lubuk seberuk

penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI..................................................................................................... ii
BAB I Pendahuluan........................................................................................... 1
A.     Latar belakang....................................................................................... 1
B.     Rumusan masalah................................................................................. 1
C.     Tujuan................................................................................................... 1
BAB I Penjelasan.............................................................................................. 2
. 1  filsafat yunani kuno.................................................................................... 2
A.     Pemikiran sokrates................................................................................. 5
B.     Pemikiran plato...................................................................................... 7
C.     Pemikiran aristoteles.............................................................................. 9
BAB III PENUTUP............................................................................................ 14
A.     Kesimpulan .......................................................................................... 14
B.     Saran .................................................................................................... 14
C.     Daftar pustaka....................................................................................... 15





BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
                Salah satu cara kita berproses menggunakan daya pikir yaitu dengan mencintai kebenaran atau pengetahuan, sehingga kita mampu membedakan mana yang ril dan yang ilusi. Orang yunani pada awalnya sangat percaya pada dongeng dan tahayyul,tetepi lama kelamaan meraka mampu keluar dari lingkungan metologi dan mendapatkan dasar pengetahuan ilmiah. Karena manusia selalu berhadapan denagan alam yang begitu luas dan penuh misteri, timbul rasa ingin mengetahui rahasia alam itu, sehingga filosof alam berkembang pertama kali.
                  Awalnya manusia menggunakan mitos untuk menjawab pertanyaan tentang alam. Kemudian, manusia berupaya menemukan jawaban dengan cara terus berpikir tentang masalah yang dihadapinya, serta melakukan pengamatan terhadap segala sesuatu yang diduga dapat membantu memecahkan masalahnya. Beberapa orang filsuf Yunani sekitar abad VI – II SM telah berupaya untuk mencari jawaban atas pertanyaan yang amat mendasar tentang apakah asal mula atau dasar dari segala yang ada dalam alam ini.
B.  Rumusan masalah
1.      Objek pemikiran sokrates ?
2.      Objek pemikiran plato ?
3.      Objek pemikiran aristoteles ?

C.  Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Umum yang diberikan oleh dosen pengajar Bapak Ifrohan, M.Pd. Dan agar penulis lebih memahami tentang Filsafat Umum.



BAB II
PEMBAHASAN
1. Filsafat Yunani Kuno
              Filsafat Yunani terbagi menjadi dua periode yaitu: periode Yunani kuno dan periode Yunani klasik. Periode Yunani kuno disebut periode filsafat alam, karena pada periode ini ditandai dengan munculnya ahli pikir alam dimana arah dan perhatian pemikirannya pada alam sekitarnya. Pernyataan-pernyataan yang dibuat bersifat filsafati (berdasar akal pikir) dan tidak berdasar pada mitos sebagaimana pada masa metologi.[1]
             Berkembangnya Yunani kuno tersebut tentu saja selain dipengaruhi faktor binternal,  juga tak kalah kuatnya dipengaruhi faktor eksternal.
              Faktor eksternal, Yunani berdekatan dengan daerah Timar Kuno (Cina) dan Mesir. Di daerah-daerah ini, ilmu pengetahuan sudah berkembang, meskipun perkembangan tersebut masih terbatas di pusat perkembangan daerah itu. Persentuhan ilmu yang diadopsi dari Timar Kuno dan Mesir yang sudah kaya dan maju dengan ilmu pengetahuan, kemudian memengaruhi wacana mite-mite yang berkembang di Yunani. Dunia mitos Yunani Kuno ini kemudian berhasil melahirkan sejumlah filosof yang sangat berpengaruh. Lahirnya Yunani sebagai pusat peradaban dunia-pada zamannya-adalah konsekuensi logis yang sangat rasional. Orang Yunani khususnya sejak zaman Plato sudah memperhatikan ide-ide, hubungan antara realitas dan ilusi, bentuk dan substansi, fakta dan fiksi.
1.       Yunani Kuno cukup mempengaruhi peradaban Barat. Karya seni, desain, dan karya sastra yang yulgarer sehingga filsafat yang tinggi, yang dihasilkan bangsa barat, memperhatikan adanya pengaruh yang adikuat dari bangsa Yunani. Filsafat dianggap lahir begitu saja di Yunani disebabkan kecerdasan alami bangsa Yunani yang sangat tinggi, tanpa campur tangan perabadan lain yang jauh lebih tua, misalnya Mesopotamia dan Mesir, dua perabadan dengan rentang waktu jauh lebih panjang dan berusia sangat tua, yang terletak sangat dekat dengan Yunani (hanya dibatasi oleh laut Tengah atau Mediterania).
Yunani dianggap memiliki sangat banyak faktor internal, seperti keindahan alam, kebaikan iklim dan kecerdasan manusia, yang mengakibatkan timbulnya filsafat dengan tiba-tiba pada masa Thales, di dalam sebuah perabadan yang berusia jauh lebih singkat daripada perabadan Mesir dan Mesopotamia ini. Sebelum perabadan Yunani, pemikiran rasional dan penyelidikan teratur terhadap alam semesta tidak dikenal di dunia.[2]
Ada lagi pandangan bahwa perabadan yunani memberikan sumbangan perabadan terbasar dalam hal pemikiran rasional dan penelitian ilmiah bagi perabadan-perabadan lain yang “kurang” maju. Pandangan-pandangan semacam inilah yang sangat mempengaruhi dunia keilmuan sajak dulu hingga saat ini. George Sarton menegaskan bahwa “keajaiban” Yunani dalam bidang sains sebenarnya telah didahului oleh ribuan tahun pencapaian sains di Mesir dan Mesopotamia, maka pandangan bahwa sains bermula dari Yunani adalah pemalsuan hakikat sejati yang merupakan sikap “kekanak-kanakan.
Sarton menyatakan bahwa sains Yunani sebenarnya lebih merupakan suatu pemulihan daripada penciptaan. Lebih jauh, melalui pengamatan akan kaidah sejarah perabadan dunia secara menyeluruh, dapat kita ambil suatu pelajaran bahwa kemunculan-kemunculan filsafat dan sains di dalam setiap peradaban hanya dapat terjadi melalui suatu kesinambungan intelektual (intellectual continuity) dalam rentang masa yang panjang. Namun, sejarah mencatat bahwa zaman sebelum Thales adalah the Dark Ages of the greeks yang dipenuhi dengan berbagai bencana alam dan penjajahan. Hal ini berkebalikan dengan iklim keilmuan yang berkembang dalam perabadan Mesir dan Mesopotamia selama berabad-abad yang membuktikan adanya benang merah tradisi amaliah yang memungkinkan mereka merenungi pencapaian alamiah mereka demi men-tajrid-kan prinsip-prinsip umum sebagai asas disiplin akliah  seperti geometri, ilmu hisab, ilmu falak dan pengobatan.
            Sebagai kesimpulan peradaban-peradaban dunia, baik peradaban Yunani,Islam, kristen, Barat dan modern sebenarnya memiliki dua faktor dasar yang mempengaruhi perkembangannya, yaitu faktor internal yang menyebabkan perkembangan internal dan faktor eksternal yang mendasari perkembangan eksternalnya. Dalam peradaban Yunani, worldview Yunani Kuno dibentuk melalui penggabungan unsur-unsur asli Indo-Eropa dan unsur-unsur non-Eropa, yaitu Mesir dan Funesia yang pernah menjajahnya.

2.   Tokoh-Tokoh Filsafat Yunani Kuno & Pemikirannya
A.     [3] SOCRATES (469-399 SM)
             Socrates lahir di Athena pada tahun 470 SM dan meninggal pada tahun 399 SM. Cara menyampaikan pemikirannya pada para pemuda menggunakan metode tanya jawab. Sebab itu dia memperoleh simpati dari para pemuda dinegrinya. Namun ia pun juga kurang disenangi oleh banyak orang dengan menuduh ia dengan banyak merusak moral para pemuda negrinya. Selain itu ia juga dituduh menolak dewa-dewa atau tuhan-tuhan yang diakui negrinya.
             Adapun falsafah pemikiran Socrates diantaranya ia mengatakan adanya kebenaran objektif, dalam membenarkan yang objektif ia menggunakan metode tertentu yang dikenal dengan metode “Dialektika” yang berarti bercakap-cakap atau berdialog. Tujuan dari metode itu adalah mengajarkan setiap orang untuk mencari kebenaran. Sikapnya itu merupakan reaksi terhadap ajaran Sofisme yang meraja lela pada waktu itu[4].
             Dari metode Dialekmatikanya dia menemukan dua metode yang lain yakni induksi dan defenisi. Ia menggunakan metode induksi manakala pemikiran bertolak dari pengetahuan yang khusus lalu menyimpulkan dengan pengertian yang umum. Pengertian yang umum diambil dari sifat-sifat yang sama, dari masing-masing kasus khusus dan ciri-ciri khusus yang tidak setuju besama disisihkan. Ciri umum tersebut, dinamakan ciri Esensi, dan ciri khusus dinamakan ciri Eksistensi. Suatu defenisi dibuat dengan menyebutkan semua ciri Esensi suatu objek dengan menyisihkan semua ciri Eksitensinya.[5]
             Yang paling penting Socrates, tidak pernah menulis filosofisnya. Jika dilihat benar-benar malahan ia tidak mengajarkan filosofisnya. Bagi dia filosofisnya bukan isi, bukan hasil, bukan ajaran yang berdasarkan dogma, melainkan fungsi yang hidup. Filosofisnya mencari kebenaran, oleh karena itu ia mencari kebenaran, ia tidak mengajarkan ia bukan ahli pengetahuan. Tapi ia seorang pemikir.
a)      Karakteristik Socrates[6]
          Dengan cara Socrates membangun dalam jiwa lawannya bersoal jawab kenyakinan, bahwa kebenaran itu tidak diperoleh begitu saja, melankan dicari dengan sebuah keyakinan dan perjuangan. Dengan cara mencari kebenaran seperti itu terlaksana juga tujuan yang lain, yaitu membentuk karakter.Yang menarik dari karakteristik Socrates itu adalah kemampuannya membahas ide-ide dan keyakinan dengan segala lapisan masyarakat dengan segala macam profesi.
         Socrates memiliki pandangan pribadi tentang Tuhan yang mengajak kita untuk berfikir bahwa ia adalah seorang penerima Ro’yo dan wahyu. Apalagi bila dikaitkan dengan dampak yang terasa seketika dengan masyarakat Athena.
            Ia berhasil mempertahan kan keyakinan pada wujud maha kuasa pencipta alam semesta terhadap pandangan Poytheisme disekitarnya dengan menggunakan akidah-akidah hukum alam. Ia menolak Pluralitas yang berkembang dalam Agama bangsa yunani yang tercantum dalam Mitologi mereka.
b)      Etik Socrates
            Menurut Socrates, manusia pada dasarnya baik, yang mempunyai tujuan hidup. Dari pandangan etik yang rasional Socrates sampai pada sikap hidup yang penuh dengan rasa keagamaan. Menurut keyakinannya “menderita kezaliman   lebih baik dari pada berbuat zalim”
           Tujuan filosofi Socrates ialah mencari kebenaran yang berlaku untuk selama-lamanya. Di sini berlainan pendapatnya dengan guru-guru sofis, yang mengajarkan, bahwa semuanya relatif dan subyektif dan harus dihadapi dengan pendirian yang skeptis. Socrates berpendapat, bahwa dalam mencari kebenaran itu ia tidak memikir sendiri, melainkan setiap kali berdua dengan orang lain, dengan jalan tanya jawab. Orang yang kedua itu tidak dipandangnya sebagai lawannya, melainkan sebagai kawan yang diajak bersama-sama mencari kebenaran. Kebenaran harus lahir dari jiwa kawan bercakap itu sendiri. Ia tidak mengajarkan, melainkan menolong mengeluarkan apa yang tersimpan di dalam jiwa orang. Sebab itu metodenya disebut maieutik. Socrates mencari kebenaran yang tetap dengan tanya-jawab sana dan sini, yang kemudian dibulatkan dengan pengertian, maka jalan yang ditempuhnya ialah metode induksi dan definisi. Kedua-duanya itu bersangkut-paut. Induksi yang menjadi metode Socrates ialah memperbandingkan secara kritis. Ia tidak berusaha mencapai dengan contoh dan persamaan, dan diuji pula dengan saksi dan lawan saksi.[7]

B.     Plato

             Plato kini dikenal sebagai salah satu filsuf terbesar sepanjang masa. Ia lahir sekitar 429 SM, dekat dengan waktu kematian Perikels, dan ia meninggal pada 347 SM, tak lama setelah kelahiran Aleksander Agung. Plato lahir di Athena, dari keluarga yang kaya dan kuat. Banyak kerabatnya yang terlibat dalam politik Athena.[8]
            Semasa muda, ia berguru kepada Sokrates, dan belajar banyak mengenai cara berpikir serta apa yang harus dipikirkan. Setelah Sokrates dibunuh pada 399 SM, Plato menjadi berang. Plato, yang ketika itu berusia 30 tahun, mulai menuliskan beberapa percakapannya dengan Sokrates. Oleh karena itu, gagasan Sokrates pada masa kini banyak diketahui dari tulisan-tulisan Plato.
           Meskipun demikian, setelah beberapa lama, Plato mulai menuliskan gagasannya sendiri. Salah satu karya pertamanya adalah Republik, yang menggambarkan gagasan Plato mengenai bentuk pemerintahan yang lebih baik daripada pemerintahan Athena. Plato menganggap bahwa sebagian besar orang cukup bodoh sehingga tak boleh memiliki hak untuk memutuskan mengenai segala sesuatu. Alih-alih, orang-orang terbaiklah yang harus menjadi pelindung orang lainnya. Plato sendiri berasal dari keluarga aristokrat sehingga ia mungkin menganggap dirinya termasuk dalam golongan orang terbaik.
           Plato juga memikirkan dunia alami dan cara kerjanya. Ia menyatakan bahwa segala sesuatu memiliki semacam wujud ideal, misalnya kursi ideal, dan kemudian kursi nyata hanyalah tiruan buruk dari kursi ideal yang hanya ada dalam pikiran manusia. Salah satu cara Plato untuk menjelaskan gagasan ini adalah dengan metafora terkenal mengenai gua. Ia mengatakan bahwa, misalkan ada sebuah gua, dan di dalamnya ada beberapa orang yang dirantai ke dinding gua, sehingga mereka hanya dapat melihat bagian belakang gua. Orang-orang ini tidak dapat melihat ke luar gua, atau bahkan saling melihat satu sama lain dengan jelas. Mereka hanya dapat melihat bayangan dari apa yang berada di belakang mereka. Akhinya orang-orang ini beranggapan bahwa bayangan-bayangan tersebut adalah hal nyata.[9]
               Lalu, misalkan ada seseorang yang berhasil kabur dan keluar dari dalam gua. Ia lalu melihat benda-benda nyata yang sebenarya. Jika ia kembali ke gua dan memberitahukan itu kepada orang-orang, tentu ia akan dianggapp gila dan tak akan dipercaya.[10]
                Plato mengatakan bahwa manusia adalah orang-orang yang berada di dalam gua. Manusia mengira bahwa mereka memahami dunia nyata, namun karena terjebak dalam tubuh, maka manusia hanya melihat bayangan di dinding. Salah satu tujuan Plato adalah membantu manusia memahmi dunia nyata dengan lebih baik, dengan cara mencari tahu cara memperkirakan atau memahami dunia nyata bahkan tanpa melihatnya.[11]
               Ada kemungkinan bahwa gagasan Plato mengenai perbedaan antara dunia nyata dan ilusi yang tampak berkiatan dengan gagasan Hindu dan Buddha mengenai nrwana, yang muncul di India sekitar masa yang sama.
           Jika kursi memiliki bentuk ideal, begitu pula manusia. Wujud ideal manusia, menurut Plato, adalah jiwa. Jiwa tersusun dari tiga bagian, yaitu nafsu, kehendak, dan akal. Kehendak membuat kita mampu mengendalikan nafsu, dan akal membantu menentukan kapan harus mematuhi atau menahan nafsu. Jika ketiga unsur ini seimbang, maka hidup akan menjadi bahagia.
          Akan tetapi, jika ketiga unsur itu tidak seimbang, maka akan terjadi kekacauan. Jika nafsu terlalu kuat, maka seseorang bisa saja menyakiti orang lain; jika kehendak terlalu kuat, maka seseorang bisa saja menyakiti dirinya sendiri; dan jika akal tidak bekerja dengan baik, maka seseorang tak akan dapat mengendalikan nafsu dengan benar dan dapat berujung pada kelainan mental.
             Gagasan Plato mengenai politik tidak terlalu diperhatikan di Athena, dengan tak lama setelah kematian Sokrates, ia pergi ke Sisilia untuk menjadi guru bagi seorang pangeran muda di sana. Ia berupaya mendidik sang pangeran menjadi pelindung yang baik bagi rakyatnya. Akan tetapi, sang pangeran tidak terlalu peduli pada ajaran Plato, dan setelah dua belas tahun mengajar, Plato, kini telah menginjak usia pertengahan empat puluh tahun, menyadari bahwa ia telah gagal. Ia akhirnya kembali ke Athena.
          Di Athena, Plato membuka skeolah filsafat yang disebut Akdemi. Sekolah ini menjadi terkenal dan Plato tinggal di sana hingga wafat pada usia kira-kira delapan puluh tahun. Salah satu murid Plato di Akademi ini adalah Aristoteles. Plato menghabiskan sisa hidupnya dengan menulis karya lainnya tentang politik yang berjudul Hukum, yang lebih bernuansa pesimis daripada Republik, dan isinya lebih banyak membicarakan mengenai betapa korupnya para polirisi, dan betapa mereka harus terus diawasi.
          Plato meninggal pada 347 SM. Murid-muridnya di Akademi merawat dan menyalin semua tulisan Plato, sehingga pada masa kini kita memiliki catatan yang cukup lengkap mengenai gagasan-gagasan Plato.[12]

 ARISTOTELES
           Aristoteles dilahirkan pada tahun 384 SM, dan meninggal pada 322 SM.Ia adalah seorang filsuf Yunani, murid dari Plato dan guru dari Alexander yang Agung. Ia menulis tentang berbagai subyek yang berbeda, termasuk fisika, metafisika, puisi, logika, retorika, politik, pemerintahan, etnis, biologi dan zoologi. Bersama dengan sokrates dan plato, ia dianggap menjadi seorang diantara tiga orang filsuf yang paling berpengaruh di pemikiran barat.[13]
            Ia lahir di Stagira, kota di wilayah Chalcidice, Thracia, Yunani(dahulunya termasuk wilayah Makedonia tengah) tahun 384 SM. Ayahnya adalah tabib pribadi Raja Amyntas dari Makedonia.
           Ayahnya meninggal pada ia masih muda. Ia diambil oleh Proxenus, dan orang ini memberikanilmu yang istimewa kepadanya.Pada masanya Aristoteles, merupakan kebiasaan orang mengirimkan anaknya ke tempat yang jauh yangmerupakan pusat-pusat perkembangan intelektual. Di sanalah Ia belajar,tentunya bersama Plato.

A.     Pemikiran Aristoteles[14]
          Di dalam dunia filsafat, Aristoteles terkenal sebagai Bapak logika.Logikanya disebut tradisional karena nantinya berkembang apa yang disebut logika modern. Logika Aristoteles itu sering juga disebut Logika Formal.
           Bila orang-orang sofis banyak yang menganggap manusia tidak akan  mampu memperoleh kebenaran, Aristoteles dalam Metaphysics menyatakan bahwa manusia dapat mencapai kebenaran. Salah satu teori metafisika Aristoteles yang penting ialah pendapatnya yang mengatakan bahwa matterdan form itu bersatu. Matter memberikan substansi sesuatu, form memberikan pembungkusnya. Setiap objek terdiri atas matter dan form.Jadi, ia telah mengatasi dua lism Plato yang memisahkan matter dan form; bagi Plato matter dan form berada sendiri-sendiri. Ia juga berpendapat bahwa matter itu potensial dan form itu aktualitas.[15]
            Namun, ada substansi yang murni form, tanpa potentiality, jadi tanpamatter, yaitu Tuhan.Aristoteles percaya kepada adanya Tuhan.Bukti adanyaTuhan menurutnya ialah Tuhan sebagai penyebab gerak (a first cause ofmotion)
           Tuhan itu menurut Aristoteles berhubungan dengan dirinya sendiri.Ia tidak berhubungan dengan (tidak memperdulikan) alam mini. Ia bukan pesona. Ia tidak memperhatikan do’a dan keinginan manusia. Dalam mencintai Tuhan, kita tidak usah mengharap Ia mencintai kita. Ia adalah kesempurnaan tertinggi, dan kita mencontoh ke sana untuk perbuatan dan pikiran-pikiran kita
           Sedangkan pemikirannya tentang hukum dan keadilan membedakannya menjadi dua tipe, yaitu keadilan distributive dan korektif atau remedial .Keadialan distrbutif berkaitan dengan pembagian barang dan jasa kepada setiap orang sesuai dengan kedudukan dalam masyarakat.Ia menghendaki agar setiap orang yang mempunyai kedudukan yang sama memperoleh perlakuan yang sama di hadapan hokum (equality before thelaw). Keadilan korektif merupakan ukurab dari prindip-prinsip untuk mengatur penerapan hukum dalam kehidupan sehari-hari.Dari hal ini dapat ditemukan bakuan umum untuk memperbaiki akibat dari setiap tindakanyang dilakukan orang dalam hubungan-hubungan tanpa,memperhatikan pelaku dan tujuan dari tingkatan laku yang objeknya harus diukur  secara obyektif.Artinya, hukuman harus memperbaiki kejahatan, ganti rugi harus memperbaiki kerugian masyarakat dan memulihkan keuntungan yang tidak sah.
            Pemikiran dia tentang Negara adalah bahwa tujuan dibentuknya Negara adalah untuk mencapai keselamatan bagi semua penduduknya. Manusia pada sifat dasarnya memiliki buruk normal yang hanya dapat dikembangkan melalui hubungan dengan orang lain. Manusia adalah makhluk social (Zoon Political). Tentang bentuk Negara ia mengelompokkan menjadi 3 (tiga)yaitu,
          Monarchi, Aristokrasi dan Politea (demokrasi). Adapun yang paling baik menurutnya adalah kombinasi antara Aristokrasi dengan demokrasi. Dari pemikiran dia tentang logika dapat kita kenal dari apa yang disebut silogisme. Inti ajaran logika ialah menarik kesimpulan dengan suatu cara yang disebut Silogisme.[16]
Karya-karya Aristoteles[17]
           Banyak karyanya yang hilang, tetapi yang masih adapun dapat menjelaskan bahwa ia pekerja keras. Karangan tentang logika berjudul Organon yang berisi tentang categories. BukunyaOn Interpretation, membahas berbagai tipe proposisi. Buku Prior Analytics membicaraknsilogisme, di sini kita menemukan aturan silogisme dan konsepinduksi.Bukunya,Posterior Analytics, memberikan penjelasan ilmiah tentang pengetahuan sains.Bukunya yang penting-penting persoalan kita- On Sophitical Refulations, membuktikan kepalsuan logika orang sofis.[18] Diantara karya-karya yang dikenal seperti;anganan (logika), Priar Analytics (sologisme), Pasteriar Analytics (sains) dan lain sebagainya.
         Dari karya-karyanya dapat diketahui pandangan-pandangan dia tentang beberapa persoalan filsafat, misalnya etika, Negara, logika, metafisika dan lain-lainnya
         Aristoteles yang sampai kepada kaum Muslimin ada 36 buah, terbagidalam empat bagian, yaitu:
a.       logika
b.      Fisika
c.       Metafisika, dan
d.      Etika
Adapun buku-buku yang diterjemahkan ialah:
   1. Buku-buku Logika
a.       Categoria (Al-Maqulat), berisi 10 macam predikat (keterangan). Buku iniditerjemahkan lagi oleh Isbah bin Hunein, kemudian diterjemahkan lagi oleh Yahya bin Adij dengan ulasan tentang Maqulat, dan Ibnu Sina menulis tentang tujuan mawulat.
b.      Interpretatione  (tafsiran-tafsiran) yang dalam dunia Islam terkenal dengan nama Pro-Armenias, berisi keterangan tentang bahasa, yaitu tentang proposisi dan bagian,bagiannya. BUku tersebut diterjemahkan oleh Ishak bin Hunein dan juga oleh Al-Farabi.
c.       Analytica Priora (uraian pertama), yang membicarakan tentang qiyas(syllogism) diterjemahkan oleh Ibnul-Muqaffa kemudian dijelaskan oleh Al-Kindi, Abu Bisyr, Mattius, Al-Farabi, dan Al-Jurjani.
d.      Analytica Poeteriora  (uraian kedua) yang membicarakan cara pembuktianilmiah, diterjemahkan oleh Mattius bin Yunus. Kemudian diterjemahkanlagi oleh IShak bin Hunein dari bahasa Suryani, lalu diberi ulasan oleh Al-KInddi dan Al-Farabi.
e.       Topica, yang berisi qiyas dialektika dan pemikiran mengenai hal-hal yang belum pasti, yang diterjemahkan oleh Yahya bin Adij dan Abu Usman Ad-Damasyqi dari bahas Suryani. Al-Farab membuat ikhtisar buku tersebutdengan dibubuhi ulasan-ulasan[19]










BAB III
KESIMPULAN
A.     kesimpulan
            jadi dapat disimpulkan bahwa, Pada jaman sofis keadaan banyak berubah. Pada zaman ini akal dapat dikatakan menang mutlak. Manusia adalah ukuran kebenaran, juga semua kebenaran relatif, yang merupakan ciri filsafat sofisme, jelas merupakan penanda bahwa akal sudah menang terhadap iman. Lalu, apa akibatnya ?  kekacauan, yaitu kekacauan kebenaran. Tidak adanya ukuran yang dapat berlaku umum tentang kebenaran, jelas penyebab kekacauan itu.
           Maka tampilah seorang pembela kebenaran, yaitu socrates, sang guru besar.  misi dari sokrates sudah sangat jelas menggantikan pemikiran sofis yang menganggap semua kebenaran itu relatif.  Cara yang ditempuh oleh Socrates mudah ditebak, yaitu meyakinkan orang Athena, terutama para filosof dan hakim sofis, bahwa tidak semua kebenaran itu relatif; ada kebenaran yang umum, yaitu kebenaran yang dapat diterima oleh semua orang.
           Inilah pengertian umum. Plato, murid dan sekaligus teman dan guru Socrates, memperkuat pendapat gurunya itu. Kebenaran umum memang ada, namanya idea. Idea itu sudah ada sebelum manusia itu ada. Dengan ini pengertian Socrates diperkuat.
          Murid mereka yang satu lagi, yaitu Aristoteles, memperkuat guru-gurunya itu.ia pun sependapat bahwa pengertian umum yang kebenarannya berlaku umum memang ada, namanya definisi. Sampai disini keadaan hegemoni berubah lagi: akal dan hati, rasio dan iman, filsafat dan agama sama-sama menang.
 B. saran
Dengan adanya makalah ini penulis menyadari bahwa masih banyak tehadap kekurangan. Baik dalam segi penulisan atau segi pembahasannya. Dari penyelesaian makalah ini penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca dan teman-teman agar makalah ini dapat berguna bagi kita semua berkhususunya dari pribadi penulis.


DAFTAR PUSTAKA

Lih.russell,pengantarfilsafat(london;georgeallen.1965)
Raparjanhendrik,pengantarfilsafat(yogyakarta:kanisius,1996)
Tafsirahmad,akaldanhatisejakthalessampaicapra(bandung:ptremajarosdakarya,2015)
http://mataseruni.pandangansocrates.com/(diakses pada tanggal 8 november 2018)
https:///notes/gampang-prawoto/pola-pemikiran-socrates-plato-dan-aristoteles/10152088328128087/?_rdc=1&_rdr(diakses pada tanggal 5 november 2018)
https://filsufaristoteles.wordpress.com/2017/09/02/aristoteles//(diakses pada tanggal 18 november 2018)
               



[1] https:///notes/gampang-prawoto/pola-pemikiran-socrates-plato-dan-aristoteles/10152088328128087/?_rdc=1&_rdr(diakses pada tanggal 5 november 2018)

[2] https:///notes/gampang-prawoto/pola-pemikiran-socrates-plato-dan-aristoteles/10152088328128087/?_rdc=1&_rdr(diakses pada tanggal 5 november 2018)

[3] Lih.russell,pengantarfilsafat(london;georgeallen.1965),hlm.109-110
[4] Raparjanhendrik,pengantarfilsafat(yogyakarta:kanisius,1996)hlm.100
[5] http://mataseruni.pandangansocrates.com/(diakses pada tanggal 8 november 2018)
[6] http://mataseruni.pandangansocrates.com/(diakses pada tanggal 8 november 2018)

[7] http://mataseruni.pandangansocrates.com/(diakses pada tanggal 8 november 2018)
[8] Tafsirahmad,akaldanhatisejakthalessampaicapra(bandung:ptremajarosdakarya,2015)hlm.57-58
[9] Ibid,hlm.58
[10] Ibid,hlm.59
[11] Ibid,hlm.60
[12] Ibid,hlm.62
[13] Raparjanhendrik,pengantarfilsafat(yogyakarta:kanisius,1996)hlm.104-105
[14] Tafsirahmad,akaldanhatisejakthalessampaicapra(bandung:ptremajarosdakarya,2015)hlm62
15 ibid.hlm.63

[16] Ibid,hlm.63
[17] https://filsufaristoteles.wordpress.com/2017/09/02/aristoteles//(diakses pada tanggal 18 november 2018)

[18]https://filsufaristoteles.wordpress.com/2017/09/02/aristoteles/ /(diakses pada tanggal 18 november 2018)

[19] https://filsufaristoteles.wordpress.com/2017/09/02/aristoteles/(diakses pada tanggal 18 november 2018)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RENCANA ANGGARAN TAHUNAN

RENCANA ANGGARAN TAHUNAN Di Ajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah akuntansi menejemen Dosen Pembimbing: Yazid latif M.Pd ...