WISATA PEMIKIRAN FILSAFAT ZAMAN YUNANI KUNO
Di Ajukan untuk Memenuhi Tugas Mata
Kuliah ilmu pendidikan islam
Dosen Pembimbing: IFROHAN M.Pd.I
Disusun oleh :
1.
Abdul
Aziz Efendi
PROGRAM
STUDI
MANAJEMEN
PENDIDIKAN ISLAM (MPI)
JURUSAN
TARBIYAH
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM ( STAI ) AS-SHIDDIQIYAH
LEMPUING JAYA
TAHUN
AKADEMIK 2018/2019
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum,
wr.wb.
Segala puja dan puji syukur
kepada allah SWT yang telah memberikan kesehatan, akal
fikiran untuk berfikir leluasa dan memikirkan ciptaannya.
Shalawat serata salam kita panjatkan keharibaan baginda rosulullah SAW, yang
telah memberi pertolongan pada diri kita baik pertolongan yang telah jelas kita
rasakan pada saat ini yakni jalan kebenaran, dan mudah-mudahan pertolongan yang
kedua kalinya senantiasa pada diri kita semua di alam berbeda yaitu bi
syafa’ati rosulullah SAW.
Selanjutnya
kami banyak berterimakasih atas bimbingan bapak dosen dan kerjasama
teman- teman yang telah ikut berpartisipasi dalam terselesaikannya
tugas makalah ini, dan kata maaf mengahiri dari sekapur sirih ini apa bila
terdapat celah, dalam makalah ini atau jauh dari kata sempurna.
Wassalamu’alaikum,
wr wb.
Lubuk
seberuk
penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI..................................................................................................... ii
BAB I Pendahuluan........................................................................................... 1
A.
Latar
belakang....................................................................................... 1
B.
Rumusan
masalah................................................................................. 1
C.
Tujuan................................................................................................... 1
BAB I Penjelasan.............................................................................................. 2
. 1 filsafat yunani kuno.................................................................................... 2
A. Pemikiran sokrates................................................................................. 5
B. Pemikiran plato...................................................................................... 7
C. Pemikiran aristoteles.............................................................................. 9
BAB III PENUTUP............................................................................................ 14
A.
Kesimpulan
.......................................................................................... 14
B.
Saran
.................................................................................................... 14
C.
Daftar
pustaka....................................................................................... 15
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Salah satu cara kita berproses
menggunakan daya pikir yaitu dengan mencintai kebenaran atau pengetahuan,
sehingga kita mampu membedakan mana yang ril dan yang ilusi. Orang yunani pada
awalnya sangat percaya pada dongeng dan tahayyul,tetepi lama kelamaan meraka
mampu keluar dari lingkungan metologi dan mendapatkan dasar pengetahuan ilmiah.
Karena manusia selalu berhadapan denagan alam yang begitu luas dan penuh
misteri, timbul rasa ingin mengetahui rahasia alam itu, sehingga filosof alam
berkembang pertama kali.
Awalnya manusia menggunakan
mitos untuk menjawab pertanyaan tentang alam. Kemudian, manusia berupaya
menemukan jawaban dengan cara terus berpikir tentang masalah yang dihadapinya,
serta melakukan pengamatan terhadap segala sesuatu yang diduga dapat membantu
memecahkan masalahnya. Beberapa orang filsuf Yunani sekitar abad VI – II SM
telah berupaya untuk mencari jawaban atas pertanyaan yang amat mendasar tentang
apakah asal mula atau dasar dari segala yang ada dalam alam ini.
B. Rumusan masalah
1. Objek
pemikiran sokrates ?
2. Objek
pemikiran plato ?
3. Objek
pemikiran aristoteles ?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan adalah untuk memenuhi
tugas mata kuliah Filsafat Umum yang diberikan oleh dosen pengajar Bapak
Ifrohan, M.Pd. Dan agar penulis lebih memahami tentang Filsafat Umum.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Filsafat Yunani Kuno
Filsafat Yunani terbagi
menjadi dua periode yaitu: periode Yunani kuno dan periode Yunani klasik.
Periode Yunani kuno disebut periode filsafat alam, karena pada periode ini
ditandai dengan munculnya ahli pikir alam dimana arah dan perhatian
pemikirannya pada alam sekitarnya. Pernyataan-pernyataan yang dibuat bersifat
filsafati (berdasar akal pikir) dan tidak berdasar pada mitos sebagaimana pada
masa metologi.[1]
Berkembangnya Yunani
kuno tersebut tentu saja selain dipengaruhi faktor binternal, juga tak
kalah kuatnya dipengaruhi faktor eksternal.
Faktor eksternal,
Yunani berdekatan dengan daerah Timar Kuno (Cina) dan Mesir. Di daerah-daerah
ini, ilmu pengetahuan sudah berkembang, meskipun perkembangan tersebut masih
terbatas di pusat perkembangan daerah itu. Persentuhan ilmu yang diadopsi dari
Timar Kuno dan Mesir yang sudah kaya dan maju dengan ilmu pengetahuan, kemudian
memengaruhi wacana mite-mite yang berkembang di Yunani. Dunia mitos Yunani Kuno
ini kemudian berhasil melahirkan sejumlah filosof yang sangat berpengaruh.
Lahirnya Yunani sebagai pusat peradaban dunia-pada zamannya-adalah konsekuensi
logis yang sangat rasional. Orang Yunani khususnya sejak zaman Plato sudah
memperhatikan ide-ide, hubungan antara realitas dan ilusi, bentuk dan
substansi, fakta dan fiksi.
1.
Yunani Kuno cukup mempengaruhi peradaban Barat. Karya seni, desain, dan
karya sastra yang yulgarer sehingga filsafat yang tinggi, yang dihasilkan
bangsa barat, memperhatikan adanya pengaruh yang adikuat dari bangsa Yunani.
Filsafat dianggap lahir begitu saja di Yunani disebabkan kecerdasan alami
bangsa Yunani yang sangat tinggi, tanpa campur tangan perabadan lain yang jauh
lebih tua, misalnya Mesopotamia dan Mesir, dua perabadan dengan rentang waktu
jauh lebih panjang dan berusia sangat tua, yang terletak sangat dekat dengan
Yunani (hanya dibatasi oleh laut Tengah atau Mediterania).
Yunani dianggap memiliki sangat banyak faktor internal, seperti keindahan
alam, kebaikan iklim dan kecerdasan manusia, yang mengakibatkan timbulnya
filsafat dengan tiba-tiba pada masa Thales, di dalam sebuah perabadan yang
berusia jauh lebih singkat daripada perabadan Mesir dan Mesopotamia ini.
Sebelum perabadan Yunani, pemikiran rasional dan penyelidikan teratur terhadap
alam semesta tidak dikenal di dunia.[2]
Ada lagi pandangan bahwa perabadan yunani memberikan sumbangan perabadan
terbasar dalam hal pemikiran rasional dan penelitian ilmiah bagi
perabadan-perabadan lain yang “kurang” maju. Pandangan-pandangan semacam inilah
yang sangat mempengaruhi dunia keilmuan sajak dulu hingga saat ini. George
Sarton menegaskan bahwa “keajaiban” Yunani dalam bidang sains sebenarnya telah
didahului oleh ribuan tahun pencapaian sains di Mesir dan Mesopotamia, maka
pandangan bahwa sains bermula dari Yunani adalah pemalsuan hakikat sejati yang
merupakan sikap “kekanak-kanakan.
Sarton menyatakan bahwa sains Yunani sebenarnya lebih merupakan suatu
pemulihan daripada penciptaan. Lebih jauh, melalui pengamatan akan kaidah
sejarah perabadan dunia secara menyeluruh, dapat kita ambil suatu pelajaran
bahwa kemunculan-kemunculan filsafat dan sains di dalam setiap peradaban hanya
dapat terjadi melalui suatu kesinambungan intelektual (intellectual
continuity) dalam rentang masa yang panjang. Namun, sejarah mencatat bahwa zaman
sebelum Thales adalah the Dark Ages of the greeks yang dipenuhi dengan berbagai
bencana alam dan penjajahan. Hal ini berkebalikan dengan iklim keilmuan yang
berkembang dalam perabadan Mesir dan Mesopotamia selama berabad-abad yang
membuktikan adanya benang merah tradisi amaliah yang memungkinkan mereka
merenungi pencapaian alamiah mereka demi men-tajrid-kan prinsip-prinsip
umum sebagai asas disiplin akliah seperti geometri, ilmu hisab, ilmu
falak dan pengobatan.
Sebagai kesimpulan
peradaban-peradaban dunia, baik peradaban Yunani,Islam, kristen, Barat dan modern
sebenarnya memiliki dua faktor dasar yang mempengaruhi perkembangannya, yaitu
faktor internal yang menyebabkan perkembangan internal dan faktor eksternal
yang mendasari perkembangan eksternalnya. Dalam peradaban Yunani, worldview Yunani
Kuno dibentuk melalui penggabungan unsur-unsur asli Indo-Eropa dan unsur-unsur
non-Eropa, yaitu Mesir dan Funesia yang pernah menjajahnya.
2. Tokoh-Tokoh Filsafat
Yunani Kuno & Pemikirannya
Socrates lahir di Athena pada
tahun 470 SM dan meninggal pada tahun 399 SM. Cara menyampaikan pemikirannya
pada para pemuda menggunakan metode tanya jawab. Sebab itu dia memperoleh
simpati dari para pemuda dinegrinya. Namun ia pun juga kurang disenangi oleh
banyak orang dengan menuduh ia dengan banyak merusak moral para pemuda
negrinya. Selain itu ia juga dituduh menolak dewa-dewa atau tuhan-tuhan yang
diakui negrinya.
Adapun falsafah pemikiran Socrates
diantaranya ia mengatakan adanya kebenaran objektif, dalam membenarkan yang objektif
ia menggunakan metode tertentu yang dikenal dengan metode “Dialektika” yang
berarti bercakap-cakap atau berdialog. Tujuan dari metode itu adalah
mengajarkan setiap orang untuk mencari kebenaran. Sikapnya itu merupakan reaksi
terhadap ajaran Sofisme yang meraja lela pada waktu itu[4].
Dari metode Dialekmatikanya dia
menemukan dua metode yang lain yakni induksi dan defenisi. Ia menggunakan
metode induksi manakala pemikiran bertolak dari pengetahuan yang khusus lalu
menyimpulkan dengan pengertian yang umum. Pengertian yang umum diambil dari
sifat-sifat yang sama, dari masing-masing kasus khusus dan ciri-ciri khusus
yang tidak setuju besama disisihkan. Ciri umum tersebut, dinamakan ciri Esensi,
dan ciri khusus dinamakan ciri Eksistensi. Suatu defenisi dibuat dengan menyebutkan
semua ciri Esensi suatu objek dengan menyisihkan semua ciri Eksitensinya.[5]
Yang paling penting Socrates,
tidak pernah menulis filosofisnya. Jika dilihat benar-benar malahan ia tidak
mengajarkan filosofisnya. Bagi dia filosofisnya bukan isi, bukan hasil, bukan
ajaran yang berdasarkan dogma, melainkan fungsi yang hidup. Filosofisnya
mencari kebenaran, oleh karena itu ia mencari kebenaran, ia tidak mengajarkan
ia bukan ahli pengetahuan. Tapi ia seorang pemikir.
a)
Karakteristik
Socrates[6]
Dengan cara Socrates membangun dalam
jiwa lawannya bersoal jawab kenyakinan, bahwa kebenaran itu tidak diperoleh
begitu saja, melankan dicari dengan sebuah keyakinan dan perjuangan. Dengan
cara mencari kebenaran seperti itu terlaksana juga tujuan yang lain, yaitu
membentuk karakter.Yang menarik dari karakteristik Socrates itu adalah
kemampuannya membahas ide-ide dan keyakinan dengan segala lapisan masyarakat
dengan segala macam profesi.
Socrates memiliki pandangan pribadi
tentang Tuhan yang mengajak kita untuk berfikir bahwa ia adalah seorang
penerima Ro’yo dan wahyu. Apalagi bila dikaitkan dengan dampak yang terasa
seketika dengan masyarakat Athena.
Ia berhasil mempertahan kan
keyakinan pada wujud maha kuasa pencipta alam semesta terhadap pandangan
Poytheisme disekitarnya dengan menggunakan akidah-akidah hukum alam. Ia menolak
Pluralitas yang berkembang dalam Agama bangsa yunani yang tercantum dalam
Mitologi mereka.
b)
Etik
Socrates
Menurut Socrates, manusia pada
dasarnya baik, yang mempunyai tujuan hidup. Dari pandangan etik yang rasional
Socrates sampai pada sikap hidup yang penuh dengan rasa keagamaan. Menurut
keyakinannya “menderita kezaliman lebih
baik dari pada berbuat zalim”
Tujuan
filosofi Socrates ialah mencari kebenaran yang berlaku untuk selama-lamanya. Di
sini berlainan pendapatnya dengan guru-guru sofis, yang mengajarkan, bahwa
semuanya relatif dan subyektif dan harus dihadapi dengan pendirian yang skeptis. Socrates
berpendapat, bahwa dalam mencari kebenaran itu ia tidak memikir sendiri,
melainkan setiap kali berdua dengan orang lain, dengan jalan tanya jawab. Orang
yang kedua itu tidak dipandangnya sebagai lawannya, melainkan sebagai kawan
yang diajak bersama-sama mencari kebenaran. Kebenaran harus lahir dari jiwa
kawan bercakap itu sendiri. Ia tidak mengajarkan, melainkan menolong
mengeluarkan apa yang tersimpan di dalam jiwa orang. Sebab itu metodenya
disebut maieutik. Socrates mencari kebenaran yang tetap dengan
tanya-jawab sana dan sini, yang kemudian dibulatkan dengan pengertian, maka
jalan yang ditempuhnya ialah metode induksi dan definisi. Kedua-duanya itu
bersangkut-paut. Induksi yang menjadi metode Socrates ialah memperbandingkan
secara kritis. Ia tidak berusaha mencapai dengan contoh dan persamaan, dan
diuji pula dengan saksi dan lawan saksi.[7]
B. Plato
Plato kini dikenal sebagai salah
satu filsuf terbesar sepanjang masa. Ia lahir sekitar 429 SM, dekat dengan
waktu kematian Perikels, dan ia meninggal pada 347 SM, tak lama setelah
kelahiran Aleksander Agung. Plato lahir di Athena, dari keluarga yang kaya dan
kuat. Banyak kerabatnya yang terlibat dalam politik Athena.[8]
Semasa muda, ia berguru kepada
Sokrates, dan belajar banyak mengenai cara berpikir serta apa yang harus
dipikirkan. Setelah Sokrates dibunuh pada 399 SM, Plato menjadi berang. Plato,
yang ketika itu berusia 30 tahun, mulai menuliskan beberapa percakapannya
dengan Sokrates. Oleh karena itu, gagasan Sokrates pada masa kini banyak
diketahui dari tulisan-tulisan Plato.
Meskipun demikian, setelah beberapa
lama, Plato mulai menuliskan gagasannya sendiri. Salah satu karya pertamanya
adalah Republik, yang menggambarkan gagasan Plato mengenai bentuk
pemerintahan yang lebih baik daripada pemerintahan Athena. Plato menganggap
bahwa sebagian besar orang cukup bodoh sehingga tak boleh memiliki hak untuk
memutuskan mengenai segala sesuatu. Alih-alih, orang-orang terbaiklah yang
harus menjadi pelindung orang lainnya. Plato sendiri berasal dari keluarga
aristokrat sehingga ia mungkin menganggap dirinya termasuk dalam golongan orang
terbaik.
Plato juga memikirkan dunia alami
dan cara kerjanya. Ia menyatakan bahwa segala sesuatu memiliki semacam wujud
ideal, misalnya kursi ideal, dan kemudian kursi nyata hanyalah tiruan buruk
dari kursi ideal yang hanya ada dalam pikiran manusia. Salah satu cara Plato
untuk menjelaskan gagasan ini adalah dengan metafora terkenal mengenai gua. Ia
mengatakan bahwa, misalkan ada sebuah gua, dan di dalamnya ada beberapa orang
yang dirantai ke dinding gua, sehingga mereka hanya dapat melihat bagian
belakang gua. Orang-orang ini tidak dapat melihat ke luar gua, atau bahkan
saling melihat satu sama lain dengan jelas. Mereka hanya dapat melihat bayangan
dari apa yang berada di belakang mereka. Akhinya orang-orang ini beranggapan
bahwa bayangan-bayangan tersebut adalah hal nyata.[9]
Lalu, misalkan ada seseorang
yang berhasil kabur dan keluar dari dalam gua. Ia lalu melihat benda-benda
nyata yang sebenarya. Jika ia kembali ke gua dan memberitahukan itu kepada
orang-orang, tentu ia akan dianggapp gila dan tak akan dipercaya.[10]
Plato mengatakan bahwa manusia
adalah orang-orang yang berada di dalam gua. Manusia mengira bahwa mereka
memahami dunia nyata, namun karena terjebak dalam tubuh, maka manusia hanya
melihat bayangan di dinding. Salah satu tujuan Plato adalah membantu manusia
memahmi dunia nyata dengan lebih baik, dengan cara mencari tahu cara
memperkirakan atau memahami dunia nyata bahkan tanpa melihatnya.[11]
Ada kemungkinan bahwa gagasan
Plato mengenai perbedaan antara dunia nyata dan ilusi yang tampak berkiatan
dengan gagasan Hindu dan Buddha mengenai nrwana, yang muncul di India sekitar
masa yang sama.
Jika kursi memiliki bentuk
ideal, begitu pula manusia. Wujud ideal manusia, menurut Plato, adalah jiwa.
Jiwa tersusun dari tiga bagian, yaitu nafsu, kehendak, dan akal. Kehendak
membuat kita mampu mengendalikan nafsu, dan akal membantu menentukan kapan
harus mematuhi atau menahan nafsu. Jika ketiga unsur ini seimbang, maka hidup
akan menjadi bahagia.
Akan tetapi, jika ketiga unsur
itu tidak seimbang, maka akan terjadi kekacauan. Jika nafsu terlalu kuat, maka
seseorang bisa saja menyakiti orang lain; jika kehendak terlalu kuat, maka
seseorang bisa saja menyakiti dirinya sendiri; dan jika akal tidak bekerja
dengan baik, maka seseorang tak akan dapat mengendalikan nafsu dengan benar dan
dapat berujung pada kelainan mental.
Gagasan Plato mengenai
politik tidak terlalu diperhatikan di Athena, dengan tak lama setelah kematian
Sokrates, ia pergi ke Sisilia untuk menjadi guru bagi seorang pangeran muda di
sana. Ia berupaya mendidik sang pangeran menjadi pelindung yang baik bagi
rakyatnya. Akan tetapi, sang pangeran tidak terlalu peduli pada ajaran Plato,
dan setelah dua belas tahun mengajar, Plato, kini telah menginjak usia
pertengahan empat puluh tahun, menyadari bahwa ia telah gagal. Ia akhirnya
kembali ke Athena.
Di Athena, Plato membuka skeolah filsafat yang disebut Akdemi. Sekolah
ini menjadi terkenal dan Plato tinggal di sana hingga wafat pada usia kira-kira
delapan puluh tahun. Salah satu murid Plato di Akademi ini adalah Aristoteles.
Plato menghabiskan sisa hidupnya dengan menulis karya lainnya tentang politik
yang berjudul Hukum, yang lebih bernuansa pesimis daripada Republik,
dan isinya lebih banyak membicarakan mengenai betapa korupnya para polirisi,
dan betapa mereka harus terus diawasi.
Plato meninggal pada 347 SM. Murid-muridnya di Akademi merawat dan
menyalin semua tulisan Plato, sehingga pada masa kini kita memiliki catatan
yang cukup lengkap mengenai gagasan-gagasan Plato.[12]
ARISTOTELES
Aristoteles dilahirkan pada tahun
384 SM, dan meninggal pada 322 SM.Ia adalah seorang filsuf Yunani, murid dari
Plato dan guru dari Alexander yang Agung. Ia menulis tentang berbagai subyek
yang berbeda, termasuk fisika, metafisika, puisi, logika, retorika, politik, pemerintahan,
etnis, biologi dan zoologi. Bersama dengan sokrates dan plato, ia dianggap
menjadi seorang diantara tiga orang filsuf yang paling berpengaruh di pemikiran
barat.[13]
Ia lahir di Stagira, kota di
wilayah Chalcidice, Thracia, Yunani(dahulunya termasuk wilayah Makedonia
tengah) tahun 384 SM. Ayahnya adalah tabib pribadi Raja Amyntas dari Makedonia.
Ayahnya meninggal pada ia masih
muda. Ia diambil oleh Proxenus, dan orang ini memberikanilmu yang istimewa
kepadanya.Pada masanya Aristoteles, merupakan kebiasaan orang mengirimkan
anaknya ke tempat yang jauh yangmerupakan pusat-pusat perkembangan intelektual.
Di sanalah Ia belajar,tentunya bersama Plato.
A. Pemikiran Aristoteles[14]
Di dalam dunia filsafat, Aristoteles
terkenal sebagai Bapak logika.Logikanya disebut tradisional karena nantinya
berkembang apa yang disebut logika modern. Logika Aristoteles itu sering
juga disebut Logika Formal.
Bila orang-orang sofis banyak yang
menganggap manusia tidak akan mampu
memperoleh kebenaran, Aristoteles dalam Metaphysics
menyatakan bahwa manusia dapat mencapai kebenaran. Salah satu teori metafisika
Aristoteles yang penting ialah pendapatnya yang mengatakan bahwa matterdan form
itu bersatu. Matter memberikan substansi sesuatu, form memberikan
pembungkusnya. Setiap objek terdiri atas matter dan form.Jadi, ia telah
mengatasi dua lism Plato yang memisahkan matter dan form; bagi Plato matter dan form berada sendiri-sendiri. Ia juga berpendapat bahwa
matter itu potensial dan form itu aktualitas.[15]
Namun, ada substansi yang murni form, tanpa potentiality, jadi tanpamatter,
yaitu Tuhan.Aristoteles percaya kepada adanya Tuhan.Bukti adanyaTuhan
menurutnya ialah Tuhan sebagai penyebab gerak (a first cause ofmotion)
Tuhan itu menurut Aristoteles
berhubungan dengan dirinya sendiri.Ia tidak berhubungan dengan (tidak
memperdulikan) alam mini. Ia bukan pesona. Ia tidak memperhatikan do’a dan keinginan manusia. Dalam
mencintai Tuhan, kita tidak usah mengharap Ia mencintai kita. Ia adalah kesempurnaan
tertinggi, dan kita mencontoh ke sana untuk perbuatan dan pikiran-pikiran
kita
Sedangkan pemikirannya tentang hukum dan
keadilan membedakannya menjadi dua tipe, yaitu keadilan distributive dan
korektif atau remedial .Keadialan distrbutif berkaitan dengan pembagian
barang dan jasa kepada setiap orang sesuai dengan kedudukan dalam masyarakat.Ia
menghendaki agar setiap orang yang mempunyai kedudukan yang
sama memperoleh perlakuan yang sama di hadapan hokum (equality before
thelaw). Keadilan korektif merupakan ukurab dari prindip-prinsip untuk mengatur
penerapan hukum dalam kehidupan sehari-hari.Dari hal ini dapat ditemukan bakuan
umum untuk memperbaiki akibat dari setiap tindakanyang dilakukan orang dalam
hubungan-hubungan tanpa,memperhatikan pelaku dan tujuan dari tingkatan laku yang objeknya harus diukur
secara obyektif.Artinya, hukuman harus memperbaiki kejahatan, ganti rugi harus memperbaiki
kerugian masyarakat dan memulihkan keuntungan yang tidak sah.
Pemikiran dia tentang Negara
adalah bahwa tujuan dibentuknya Negara adalah untuk mencapai keselamatan bagi
semua penduduknya. Manusia pada sifat dasarnya memiliki buruk normal
yang hanya dapat dikembangkan melalui hubungan dengan orang lain. Manusia
adalah makhluk social (Zoon Political). Tentang bentuk Negara ia
mengelompokkan menjadi 3 (tiga)yaitu,
Monarchi, Aristokrasi dan Politea
(demokrasi). Adapun yang paling baik menurutnya adalah kombinasi antara
Aristokrasi dengan demokrasi. Dari pemikiran dia tentang logika dapat
kita kenal dari apa yang disebut silogisme. Inti ajaran logika ialah menarik
kesimpulan dengan suatu cara yang disebut Silogisme.[16]
Karya-karya Aristoteles[17]
Banyak
karyanya yang hilang, tetapi yang masih adapun dapat menjelaskan bahwa ia
pekerja keras. Karangan tentang logika berjudul Organon yang berisi
tentang categories. BukunyaOn
Interpretation, membahas berbagai tipe proposisi. Buku Prior Analytics membicaraknsilogisme, di sini kita
menemukan aturan silogisme dan konsepinduksi.Bukunya,Posterior Analytics,
memberikan penjelasan ilmiah tentang pengetahuan sains.Bukunya yang
penting-penting persoalan kita- On
Sophitical Refulations, membuktikan kepalsuan logika orang sofis.[18] Diantara
karya-karya yang dikenal seperti;anganan (logika), Priar Analytics
(sologisme), Pasteriar Analytics (sains) dan lain sebagainya.
Dari karya-karyanya dapat diketahui
pandangan-pandangan dia tentang
beberapa persoalan filsafat, misalnya etika, Negara, logika, metafisika dan lain-lainnya
Aristoteles yang sampai kepada kaum
Muslimin ada 36 buah, terbagidalam empat bagian, yaitu:
a.
logika
b.
Fisika
c.
Metafisika,
dan
d.
Etika
Adapun
buku-buku yang diterjemahkan ialah:
1. Buku-buku Logika
a.
Categoria
(Al-Maqulat), berisi 10 macam predikat (keterangan). Buku iniditerjemahkan lagi
oleh Isbah bin Hunein, kemudian diterjemahkan lagi oleh Yahya bin Adij dengan
ulasan tentang Maqulat, dan Ibnu Sina menulis tentang tujuan mawulat.
b.
Interpretatione (tafsiran-tafsiran) yang dalam dunia Islam
terkenal dengan nama Pro-Armenias, berisi keterangan tentang bahasa, yaitu
tentang proposisi dan bagian,bagiannya. BUku tersebut diterjemahkan oleh Ishak bin
Hunein dan juga oleh Al-Farabi.
c.
Analytica Priora
(uraian pertama), yang membicarakan tentang qiyas(syllogism) diterjemahkan oleh
Ibnul-Muqaffa kemudian dijelaskan oleh Al-Kindi, Abu Bisyr, Mattius, Al-Farabi,
dan Al-Jurjani.
d.
Analytica Poeteriora (uraian kedua) yang membicarakan cara
pembuktianilmiah, diterjemahkan oleh Mattius bin Yunus. Kemudian diterjemahkanlagi
oleh IShak bin Hunein dari bahasa Suryani, lalu diberi ulasan oleh Al-KInddi
dan Al-Farabi.
e.
Topica,
yang berisi qiyas dialektika dan pemikiran mengenai hal-hal yang belum
pasti, yang diterjemahkan oleh Yahya bin Adij dan
Abu Usman Ad-Damasyqi dari bahas Suryani. Al-Farab membuat ikhtisar
buku tersebutdengan dibubuhi ulasan-ulasan[19]
BAB III
KESIMPULAN
A. kesimpulan
jadi dapat disimpulkan bahwa, Pada
jaman sofis keadaan banyak berubah. Pada zaman ini akal dapat dikatakan menang
mutlak. Manusia adalah ukuran kebenaran, juga semua kebenaran relatif, yang
merupakan ciri filsafat sofisme, jelas merupakan penanda bahwa akal sudah
menang terhadap iman. Lalu, apa akibatnya ?
kekacauan, yaitu kekacauan kebenaran. Tidak adanya ukuran yang dapat berlaku
umum tentang kebenaran, jelas penyebab kekacauan itu.
Maka tampilah seorang pembela
kebenaran, yaitu socrates, sang guru besar.
misi dari sokrates sudah sangat jelas menggantikan pemikiran sofis yang
menganggap semua kebenaran itu relatif. Cara yang ditempuh oleh Socrates mudah
ditebak, yaitu meyakinkan orang Athena, terutama para filosof dan hakim sofis,
bahwa tidak semua kebenaran itu relatif; ada kebenaran yang umum, yaitu
kebenaran yang dapat diterima oleh semua orang.
Inilah pengertian umum. Plato, murid
dan sekaligus teman dan guru Socrates, memperkuat pendapat gurunya itu.
Kebenaran umum memang ada, namanya idea. Idea itu sudah ada sebelum manusia itu
ada. Dengan ini pengertian Socrates diperkuat.
Murid mereka yang satu lagi, yaitu
Aristoteles, memperkuat guru-gurunya itu.ia pun sependapat bahwa pengertian
umum yang kebenarannya berlaku umum memang ada,
namanya definisi. Sampai disini keadaan hegemoni berubah lagi: akal dan
hati, rasio dan iman, filsafat dan agama sama-sama menang.
B. saran
Dengan adanya
makalah ini penulis menyadari bahwa masih banyak tehadap kekurangan. Baik dalam
segi penulisan atau segi pembahasannya. Dari penyelesaian makalah ini penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca dan
teman-teman agar makalah ini dapat berguna bagi kita semua berkhususunya dari
pribadi penulis.
DAFTAR PUSTAKA
Lih.russell,pengantarfilsafat(london;georgeallen.1965)
Raparjanhendrik,pengantarfilsafat(yogyakarta:kanisius,1996)
Tafsirahmad,akaldanhatisejakthalessampaicapra(bandung:ptremajarosdakarya,2015)
http://mataseruni.pandangansocrates.com/(diakses pada
tanggal 8 november 2018)
https:///notes/gampang-prawoto/pola-pemikiran-socrates-plato-dan-aristoteles/10152088328128087/?_rdc=1&_rdr(diakses
pada tanggal 5 november 2018)
https://filsufaristoteles.wordpress.com/2017/09/02/aristoteles//(diakses
pada tanggal 18 november 2018)
[1] https:///notes/gampang-prawoto/pola-pemikiran-socrates-plato-dan-aristoteles/10152088328128087/?_rdc=1&_rdr(diakses
pada tanggal 5 november 2018)
[2]
https:///notes/gampang-prawoto/pola-pemikiran-socrates-plato-dan-aristoteles/10152088328128087/?_rdc=1&_rdr(diakses
pada tanggal 5 november 2018)
[3] Lih.russell,pengantarfilsafat(london;georgeallen.1965),hlm.109-110
[4]
Raparjanhendrik,pengantarfilsafat(yogyakarta:kanisius,1996)hlm.100
[6]
http://mataseruni.pandangansocrates.com/(diakses pada tanggal 8 november 2018)
[7] http://mataseruni.pandangansocrates.com/(diakses
pada tanggal 8 november 2018)
[8] Tafsirahmad,akaldanhatisejakthalessampaicapra(bandung:ptremajarosdakarya,2015)hlm.57-58
[9] Ibid,hlm.58
[10] Ibid,hlm.59
[11] Ibid,hlm.60
[12] Ibid,hlm.62
[13]
Raparjanhendrik,pengantarfilsafat(yogyakarta:kanisius,1996)hlm.104-105
[14]
Tafsirahmad,akaldanhatisejakthalessampaicapra(bandung:ptremajarosdakarya,2015)hlm62
[16]
Ibid,hlm.63
[17] https://filsufaristoteles.wordpress.com/2017/09/02/aristoteles//(diakses
pada tanggal 18 november 2018)
[18]https://filsufaristoteles.wordpress.com/2017/09/02/aristoteles/
/(diakses pada tanggal 18 november 2018)
[19] https://filsufaristoteles.wordpress.com/2017/09/02/aristoteles/(diakses
pada tanggal 18 november 2018)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar